Saturday, April 14, 2012

Menonton The Raid

Sekitar 2 minggu yang lalu saya menonton film Indonesia paling fenomenal saat ini. The Raid, saya sudah sering mendengar film ini disebut-sebut di social media dengan berbagai review internasional yang bagus-bagus, film action paling keren lah, dengan martial art yang keren, dsb. Saya sendiri belum tahu ini film tentang apa sih dan agak malas mencari tahu juga kan biar pas nonton surprise gitu. Saya hanya pernah mendengar katanya film ini agak-agak gory, tapi ya udah lah, still won't miss it for the world.

Akhirnya pada hari jumat libur nyepi kemaren saya dan Astri memutuskan untuk menonton film ini, selain karena pemutaran perdana, saya kebetulan tidak akan ada di jakarta untuk 2 minggu ke depan jadi ini adalah kesempatan satu-satunya untuk eksis. Kami menonton di sebuah mall yang tidak perlu saya sebutkan namanya, eh sebut aja deh gapapa, yaitu Blok-M Square yang merupakan tempat kongkow masteng dan mbakteng daerah jakarta selatan dan sekitarnya. Konsepnya seperti ITC gitu lho jadi agak berbeda dengan mall-mall yang  biasa saya sambangi. Cieeh.

Kami sampai di sana sekitar jam 6 sore dengan maksud untuk menonton pertunjukan jam 7 malam, namun tentunya kursi sudah terisi semua, bahkan tadinya semisal ada satu bangku yang terpisah-pisah saya tetap mau nonton, tapi ternyata tidak ada sama sekali. Woow, jangan meremehkan masteng dan mbakteng jaksel, mereka cukup update dengan film-film Indonesia masa kini. Kami pun lalu memutuskan untuk menonton yang jam 9 karena sudah kadung sampai situ dan saya juga sudah penasaran sekali.

Sambil menunggu kami makan malam di dekat-dekat situ di sebuah restoran dengan desain yang futuristik dan agak sedikit tidak nyambung dengan namanya dan menu makanannya, tapi ya sudah lah. Setelah kurang 10 menitan kami masuk ke bioskopnya dan menunggu di kursi dekat dengan studio 2 tempat The Raid diputar. Salah satu yang saya sadari di bioskop ini agak berbeda ialah poster-poster film untuk coming soon kebanyakan film Indonesia. Salah 2 yang paling saya ingat adalah film berjudul "Nenek Gayung" dan "Kungfu Pocong Perawan" yang diperankan oleh Olga dan Jessica Iskandar. Ternyata ada persamaan diantara kedua film tersebut yaitu sama-sama ada Yadi Sembako berperan di dalamnya, ternyata doi cukup eksis malang melintang di dunia perfilman nasional, khususnya untuk film-film yang seperti ini. Huehehe.

Akhirnya selesai juga pertunjukan yang sebelumnya dan kami pun melihat orang-orang mulai keluar dari dalam studio, kami pun memperhatikan reaksi mereka karena penasaran bagaimana sih kesan-kesan film yang amat menghebohkan ini? Namun anehnya, wajah-wajah mereka datar saja dan bahkan tidak ada yang membahas film tersebut setelah selesai. Lho, apa-apaan ini? Saya sama sekali tidak menduga begitu datar dan lempengnya reaksi mereka. Saya mengharapkan keluar bioskop penonton akan berdecak kagum dan membahas film yang baru ditonton dengan antusias. Barulah pada akhir-akhir ada satu gerombolan anak muda yang membahas film sambil berjalan keluar. Asli hanya satu itu saja, yang lain tidak ada komentar tentang film sama sekali. Sungguh tidak dinyana dan diduga pemirsa.

Beberapa menit kemudian kami baru bisa masuk ke dalam studio, yang herannya sudah penuh, bingung, ini orang-orang pada masuk dari mana ya? ya sudah lah ga penting juga. Kami duduk di bagian agak atas. Seperti biasa sebelum film-nya mulai ada iklan trailer dari film-film yang akan datang. Ada 2 trailer film yang ditayangkan, dua-duanya film komedi Indonesia yang agak norak gitu lho, pokonya bukan selera saya deh, kalau tidak salah yang pertama berjudul, "Enak Sama Enak" di dalam judul film. Lagi-lagi ada Yadi Sembako di film ini. See?? Film yang kedua apalagi kalau bukan "Kungfu Pocong Perawan" yang trailernya lebih ancur dari posternya. Maksud hati sepertinya ingin meniru kungfu panda dengan menjual hubungan romantis antara kedua presenter Dahsyat, Olga Syahputra dan Jessica Iskandar. Sekarang barulah saya menyadari gosip hubungan asmara diantara mereka sepertinya hanya untuk kepentingan marketing film ini. Seperti halnya gosip si Jupe ke pantai laut selatan untuk mengikuti ritual dari alm Suzana yang merupakan sarana pemasaran film "Rumah Bekas Kuburan". Hmm, darimanakah saya mengetahui semua itu? 3 bulan menganggur di rumah membuat saya sangat update dengan berita-berita dari infotainment.

Fenomena yang menurut saya sangat tidak biasa adalah, para penonton hadirin sekalian begitu menikmati sajian trailer film-film komedi ini, mereka tertawa senang terbahak-bahak, bahkan ada yang sampai meninju-ninju tangan ke udara. Saya dan Astri begitu heran karena menurut kami film tersebut tidaklah lucu-lucu amat, komedi murahan yang basi banget, kombinasi slapstick, pokonya lucu-lucuan jaman dulu banget deh. Ternyata ya, masih banyak warga Jakarta yang menjadi penikmat film-film seperti ini, benar-benar luar biasa. Memang sih kalau menonton di bioskop film-film yang kita tonton jadi 20-40% lebih lucu, lebih seru dibandingkan menonton di TV atau DVD, tapi harusnya untuk film macam itu saya hanya bisa nyengir. Eh, tapi jangan salah, kami pun ikutan tertawa-tawa sepanjang penanyangan trailer-trailer ini, namun tentunya dengan alasan yang berbeda.

Setelah beberapa menit yang amat menghibur, akhirnya mulai juga film yang kami nantikan. Untungnya saya belum melihat-lihat resensi film ini, jadi saya benar-benar tidak tahu akan seperti apakah ceritanya. Kalau boleh saya berkomentar dan memberikan review, film ini memang salah satu film Indonesia terkeren yang pernah saya lihat, dan film Indonesia dengan action paling keren yang pernah saya lihat. Untuk cerita, dan alur cerita kurang begit kuat ya, beda dari film-film Indonesia lainnya tapi tidak cukup original jika dibandingkan dengan film-film Hollywood, alurnya biasa saja dan agak mudah tertebak jalan ceritanya, tidak ada kejutan dan twist yang cukup berarti. Bahkan sewaktu ada adegan Doni Alamsyah melihat si Iko di salah satu monitor pengintai, saya langsung bisa menebak si Doni ini pasti mempunyai hubungan dengan Iko, tebakan awal saya sahabat, namun ternyata kakak-adik, ya lumayan lah. Untuk akting, kalau saya boleh jujur, yang paling membuat saya terkesan hanyalah akting Ray Sahetapy, untuk yang lain seperti Iko dan Joe Taslim memang dihire untuk adegan perkelahian yang penuh aksi ya, untuk akting agak-agak kurang, masih rada kaku dan kadang artikulasinya kurang jelas. Tapi untuk kemampuan bela diri sih tidak perlu diragukan, secara mereka atlit gitu lho.

Satu lagi yang mencuri perhatian adalah si Mad Dog. Dari pertama namanya disebut aja (belom keluar orangnya) saya udah feeling si Mad Dog ini pasti sesuatu banget. Begitu muncul, saya lupa dialognya apa tapi yang pasti saya langsung terkesan dengan si masteng ini, saya langsung bilang ke Astri, “wow trie, si masteng ini cool abis aktingnya” padahal doi belum mengeluarkan kemampuan bela dirinya lho. Karakter Mad Dog memang sangat menonjol, dengan penampakan fisik yang seperti itu, namun mempunyai kemampuan bela diri yang mumpuni, dia pun benar-benar memiliki passion untuk berkelahi, kalau mau dia bisa dengan mudah menghabisi nyawa para jagoan itu dengan alat-alat bantu, namun dia bertarung dengan tangan kosong, dia bahkan membebaskan dulu salah satu lawannya supaya dia bisa melawan 2 orang sekaligus. Hebring deh. Saya yakin Mad Dog berhasil mencuri perhatian para penonton bahkan mengungguli para pemeran lainnya. Setiap orang yang keluar bioskop akan memperbincangkan dia, mentweet tentang dia, dll. Cukuplah tentang Mad Dog.

Alur cerita cukup bagus dan smooth, saya suka adegan awal dimana ketegangan dibangun , haha gaya bener bahasa saya. Pertama-tama kan kita bingung tuh (saya), ini ada apa sih dengan gedung ini kenapa sampe heboh banget, ga boleh ini ga boleh itu, sampai ada anak kecil gak boleh bergerak. Lalu munculah adegan yang saya suka sekali, yaitu adegan dimana si anak kecil ditembak kepala-nya oleh salah seorang polisi. Karena pas momen sebelum peluru menembus kepala anak ini, dia sempat mengatakan satu kata yang sangat penting yaitu "Polisi...." yang ternyata sebuah kode untuk temannya sebagai peringatan bahwa ada polisi, ini deh merupakan moment dimana para polisi ini yang tadinya mau menyerbu gedung ini, berubah posisi menjadi korban yang terjebak di sarang penyamun. Apalagi waktu ada pengumuman kepada para penghuni ada di lantai berapa para polisi itu berada dan mereka pun dipersilahkan untuk menghabisi para polisi ini. Selanjutnya kita benar-benar disugukan serangkaian adegan kekerasan dan penuh aksi non stop, baik itu dengan senjata api, senjata non-api (apakah terminologi ini ada?), maupun dengan tangan kosong, cepat, intense, seru. Ada sensasi tersendiri karena ini film Indonesia, kalau ini film hollywood mungkin rasanya tidak akan sekagum ini. Rasanya seneng aja ada film Indonesia yang bisa sekeren ini. Namun, sebaiknya tidak perlu berharap lebih dari actionnya yang merupakan keunggulan utama film ini karena dari sisi yang lain seperti cerita, dialog, sebenarnya tidak terlalu istimewa. Adegan meninggalnya si bos penjahat juga dirasa agak anti klimaks. Tapi saya tetap merekomendasikan film ini. Saya sebenarnya masih penasaran ingin menonton lagi, sayang belum ada waktunya saja.

Kembali ke penonton di Blok MSquare, seperti yang sudah saya perkirakan melihat betapa menikmatinya mereka menonton trailer film komedi murahan, suasana pun seru sekali karena mereka sangat interaktif, baik itu, seperti memberikan komentar-komentar, tertawa terbahak-bahak terutama ketika ada salah seorang penjahat yang berasal dari Timur Indonesia, begitulah, jadi lumayan terhibur juga walaupun filmnya penuh adegan kekerasan seperti itu. Penonton di sebelah Astri salah satu yang paling menggenggeus, dia terus berkomentar sepanjang film dan suka ketawa-ketawa gak penting, bener-bener deh.

Nah, pertanyaan berikutnya mungkin, lalu, apakah saya dan Astri memperbincangkan film ini setelah
kami keluar dari studio? Jawabannya tentu saja, selain karena filmnya kami juga membahas tingkah polah penonton yang agak berbeda dengan bioskop lainnya. Sampe sekarang saya masih bingung sih kenapa orang-orang yang menonton di jam sebelumnmya tidak banyak yang berkomentar ya? Entahlah.

So, kalau lagi butuh hiburan tapi tidak ada film yang terlalu bagus, coba deh nonton di Blok M Square, dijamin anda akan terhibur, tidak peduli apapun filmya :D

4 comments:

rotyyu said...

Saya sudah nonton, dan senang dengan film ini. Dan kabarnya si Mad Dog langsung jadi trending world wide loh di hari pertama. The Raid sendiri nembus no. 11 di box office Amrik sono.

Niantiaulia said...

Wow, trending topic worldwide? I must be one of the contributor, hehehe.

Astiga said...

Hahaha film seseram apapun kalau ditonton di Blok M Square bisa berubah jadi film komedi. Hidup Blok M Square!!!

Sebagai orang Indonesia saya bangga dengan film The Raid ini, walaupun penuh dengan adegan kekerasan tetapi dibuat dengan elegan.
Lebih membanggakan lagi karena adegan bela dirinya berbumbu silat, bela diri asli dari Indonesia.

Dee~Dee said...

G tetep belum nonton Nian hehehe..wlpun spertinya sesuatu bgt ya ini film..
Btw Blok M square memang unik..g tau tuy restoran yg lo sebutkan, itu ada di Giant Bekasi juga bukan ya?