Sunday, December 28, 2014

Kapadokya (Turkiye part 4)

Finally, sampai juga di penghujung tahun 2014, bertepatan dengan itu, saya berusaha untuk melengkapi postingan saya mengenai Turki dengan bagian terakhir yaitu tentang Kapadokya (Cappadocia in English). Keinginan saya mengunjungi Kapadokya tentunya karena keunikan landscape di kota ini yang very otherworldly menurut saya. Banyak juga menobatkan Kapadokya sebagai a must visit place before you die. Uniknya landscape Kapadokya ini kabarnya menginspirasi George Lucas untuk set film Star Wars, Planet Tatooine yang merupakan tempat asal Luke Skywalker, malah sebenarnya tadinya akan dijadikan tempat syuting film tersebut namun karena alasan politik tidak dapat dilakukan di sini, kalau tidak salah akhirnya syuting dilakukan di Tunisia (tidak tahu dimana tepatnya ya). 


Fairy Chimney at Kapadokya

Kalau kamu browsing gambar Kapadokya di internet, gambar paling iconic yang akan muncul adalah gambar balon udara dengan pemandangan landscape yang sangat unik di bawahnya. Yup, memang common di sini untuk naik balon udara untuk melihat pemandangan Kapadokya dari atas sana. Sama seperti ketika orang-orang tahu saya mengunjungi Venice, mereka akan bertanya, “wah, kamu naik gondola ya?”, ketika orang-orang tahu saya ke Kapadokya, maka pertanyaan selanjutnya adalah, “wah, kamu naik balon udara ya?” dan, jawaban atas kedua pertanyaan tersebut adalah, “no I did not”. Alasan saya adalah karena menurut saya biaya yang dikeluarkan tidak sebanding dengan keuntungan yang di dapat (cost-benefit analysis). Sebenarnya harganya tidak mahal-mahal amat (masih lebih mahal tiket pesawat dari Indonesia ke Turki kok) untuk 1 jam naik balon udara itu sekitar EUR 100-200, hahaha sombong amat segini dibilang tidak mahal. Menurut saya ini lebih ke preferensi aja sih, tapi saya sendiri kalau ada yang menawari gratisan tentunya tidak akan menolak.

Kami naik Turkish Airline dari Istanbul, oh iya, kalau kamu mencari tiket pesawat ke sini, jangan cari Kapadokya, kamu cari Nevsehir atau Kayseri yang merupakan kota-kota terdekat untuk mencapai Kapadokya yang terdapat bandara internasional. Dari bandara Nevsehir untuk menuju ke pusat kotanya yang bernama Goreme memakan waktu sekitar 40 menit perjalanan dengan mobil. Karena bertiga maka kami memutuskan untuk naik taksi dengan tarif 20 TL one way, cukup murah kalau dibagi 3.

Akomodasi di Goreme

Kami menginap di sebuah hotel kecil bernama Gerdis Evi atas rekomendasi seorang teman, dan tentunya setelah saya cek di booking.com reviewnya bagus dan gambar kamarnya juga terlihat nyaman, dan harganya cocok. Lokasi hotel juga sangat strategis dekat dengan pusat kota Goreme (yang memang kecil juga) jadi mudah untuk mencari makan, berbelanja, maupun membeli tiket bus dan naik bus antar kota, dari hotel juga kita bisa berjalan kaki (dengan sedikit hiking) untuk mendapatkan view sunrise maupun sunset. Suasana hotel juga sangat asri dan cantik, dengan sarapan yang sangat fulfilling, sarapannya ala Turkish breakfast yang lengkap dan rasanya pun enak, ini Turkish breakfast paling enak jika dibandingkan dengan hotel atau hostel lain yang mempunyai sarapan ala Turki juga. Saya ingat sempat ada kejadian mati air selama beberapa jam di sini, ketika kami complain mengenai air yang mati, para petugas hotel pun dengan muka memelas bilang bahwa memang pasokan air terhenti yang dialami oleh seluruh desa, oalah, tidak bisa berbuat apa-apa kalau begitu caranya, hanya bisa menunggu saja.

Hotel Gerdis Evi

Breakfast area

room for 3 person

view from hotel

Goreme Red Tour

Begitu sampai di hotel, kami bertanya-tanya kepada petugas hotel, dan mereka pun menawarkan beberapa pilihan paket tour untuk mengexplore Kapadokya, yang dimulai pada pagi itu juga, sekitar jam 9 pagi. Kami memilih Red tour Goreme yang merupakan group tour, dimana kami bersama beberapa orang lainnya (sekitar 1 mobil minivan) akan mengunjungi beberapa tempat yaitu Uchisar Castle, Goreme Open Air Museum, Fairy Chimney, Devrent Valley, dan Red Valley. Kami membayar day tour seharga 100 TL yang sudah termasuk transportasi (antar jemput dari dan ke hotel), tiket masuk, guide, dan makan siang. Sebenarnya untuk menuju Goreme Open Air Museum dari hotel kami bisa dicapai dengan berjalan kaki, namun karena sudah termasuk di paket tour ya kami ikut saja. Kami sudah agak terlambat untuk tour-nya sehingga kami langsung diantar ke pemberhetian pertama yaitu Uchisar Castle yang merupakan sebuah gua dari bebatuan yang cukup besar, namun sayangnya kami tidak bisa masuk ke sana dan hanya sempat berfoto sebentar saja di sini karena sudah terlambat.

Uchisar Castle



Tujuan selanjutnya yaitu open air museum, dimana kami disuguhkan pemandangan spektakuler yang sangat unik. Selain itu, di museum ini juga terdapat sisa-sisa monastery dan gereja dari masa abad ke 14 pertengahan, jadi ternyata tempat ini dijadikan monastery pada masa itu ketika Istanbul sedang dikuasai oleh Ottoman. Kita bisa melihat sisa-sisa fresco dan lukisan di dinding yang menceritakan kisah-kisah keagamaan kristiani. Guide pun menjelaskan sejarah dari tempat ini, tapi sejujurnya kami tidak terlalu focus pada penjelasannya dan malah sibuk berfoto ria. Hahaha, I know it’s lame, tapi kami memang sangat awed dengan pemandangan yang ada jadi wajarlah kalau agak sedikit norak. Hehehe. Setelah dari museum, kami dibawa ke sebuah toko kerajinan dimana kami melihat peragaan seorang pengrajin membuat sebuah guci/vas dari tanah liat. Kami pun diberi waktu untuk berbelanja maupun sekedar melihat-lihat, tidak ada paksaan untuk membeli di sini. Saya membeli sebuah cincin bergambar bunga tulip seharga 10 TL yang mana di Istanbul bisa saya dapatkan dengan harga 8 TL saja. Pesan moral: beli saja di Istanbul karena relatif lebih murah.


Goreme Open Air Museum

Goreme Open Air Museum

Tujuan selanjutnya adalah Devrent Valley di mana ada formasi bebatuan berbentuk unik dan salah satunya ada yang berbentuk unta (camel rock), selanjutnya kami menuju Pasabag atau fairy chimney dimana terdapat formasi bebatuan yang lebih unik lagi yang besar dengan bentuk yang lucu-lucu. Basically yang kami lakukan adalah berfoto. Tujuan selanjutnya adalah red valley dimana kita harus sedikit berjalan untuk dapat melihat view yang sangat spektakuler. Viewnya benar-benar luar biasa seperti bukan di bumi saja lho. Sebelum tour berakhir kami pun makan siang terlebih dahulu di sebuah restoran yang cukup bagus, menu makanannya alaTurki yang lengkap mulai dari appetizer (kroket yang sangat enak), makanan utama dan makanan penutup, semuanya enak dan lezat.

Camel Rock

Fairy Chimney at Pasabag

Fairy Chimney
Fairy Chimney
Red Valley

Red Valley

Red Valley


Red Valley

Red Valley

Kami kembali ke hotel sore hari dan setelah beristirahat kami keluar malam hari untuk melihat-lihat suasana kota sambil mencari makan malam. Kota Goreme ini sangat kecil ternyata dan agak sepi di malam hari, sepertinya para wisatawan ke sini untuk pemandangan kota di pagi/siang hari dan bukan untuk mencari hiburan malam ya. setelah berjalan sampai ujung pusat kota, yang bisa selesai dalam waktu 10-15 menit saja untuk memilih tempat makan yang oke. Restoran-restoran di sini agak sepi entah kenapa ya, apa karena sedikit turis yang menginap ya? Entahlah. Kami pun akhirnya memilih tempat makan yang sebelumnya menawarkan diskon dan minuman gratis (teh tentunya). Nama restorannya adalah Turkoas Kami makan di lantai 2. Ketika kami di situ hanya ada 1 pengunjung lain yang sedang makan di situ. Menu makanannya makanan turki yang saya kurang ingat namanya, kami hanya mengikuti rekomendasi dari waiternya saja, ternyata walaupun bentuknya tidak terlalu meyakinkan rasanya sangat enak.

Dinner at Turkoas

View from Turkoas
Day 2 at Goreme

Keesokan harinya kami berniat untuk melihat sunrise dan mengejar pemandangan balon udara, karena banyak orang yang naik balon udara untuk melihat sunrise. Pemandangan balon udara yang banyak ini menurut saya merupakah sebuah pemandangan yang menarik juga. Namun sayangnya kami Bangun agak kesiangan dan anehnya begitu Bangun tidur masih sempat dulu lho kita touch up dulu bukannya langsung berlari keluar untuk mengejar foto balon udara. Kami pun sebenarnya kurang faham bagaimana cara menuju ke puncak bukit untuk melihat pemandangan, akhirnya dengan cara mencoba-coba kami pun sampai juga ke puncak bukit. Ketika sampai di atas, hanya ada 1 balon udara saja tersisa. Huhuhu… kalau bahasa jaman sekarang sakitnya tuh di sini... Ya masa sudah jauh-jauh ke sini eh malah tidak mendapatkan view balon udara, apalagi untuk saya dan Sukma yang malam itu akan naik bus malam ke Pamukkale. Kami pun tetap sabar menanti kali-kali aja ada orang yang kesiangan juga baru naik balon udara setelah matahari terbit, kami tetap berfoto hingga akhirnya sekitar 30 menit kemudian mulai muncul balon-balon lainnya, walau tidak banyak tapi lumayan lah, cukup menjadi pelipur lara bagi kami semua. Jadi, pesan moral yang dapat diambil adalah, kamu harus cek dulu jadwal sunrise atau sunset di kota tersebut, lalu rencankan paling tidak setengah jam untuk hiking ke atas bukit untuk melihat pemandangan, sebenarnya tidak terlalu sulit, kami saja yang agak amatiran. Walaupun sedikit kecewa, tapi saya sudah cukup puas karena sudah sampai di kota ini saya sudah senang, kalau mau foto yang bagus-bagus tenang saja bisa dicari di Instagram, banyak deh.

Hot air balloon view
Kami kembali ke hotel untuk menikmati slow breakfast yang sangat memuaskan, kami bisa mengambil sepuasnya makanan yang terhidang di sana mulai dari daging, telur, keju, olive, sayuran, dan buah. Terdapat juga baklava yang sangat enak sekali. Minuman pun bisa memilih apa saja, teh, apple tea, kopi, susu, jus jeruk. 
Breakfast

Tidak ada agenda yang khusus untuk hari ini, dan akhirnya kami melihat-lihat toko di sekitar situ dan berbelanja. Di sini kamu bisa membeli karpet, sarung bantal, lampu, dan berbagai aksesoris dan cinderamata lainnya. Sore hari kami pun berniat kembali ke bukit untuk melihat sunset, berikut beberapa fotonya.





Hanya segitu saja catatan perjalanan saya ke Kapadokya, memang tidak terlalu banyak yang bisa dijelaskan karena memang lebih baik kamu ke sini dan melihatnya sendiri ya *alesan*

No comments: