Hai para pembaca...masih tentang Turki nih, jadi ada 2 kota lain yang saya kunjungi di Turki, Kapadokya dan Pamukkale, walaupun sebenarnya saya ke Kapadokya dulu, namun saya akan menceritakan tentang Pamukkale dulu yah, alasannya karena, saya sudah memilih-milih foto yang bisa ditampilkan untuk Pamukkale, percayalah memilih-milih foto itu suatu pekerjaan yang sangat membutuhkan waktu lama lhooo.. (at least buat saya sih). Ketertarikan saya ke Pamukkale disebabkan salah satu artikel yang di post salah seorang teman bahwa Pamukkale merupakan one of the strangest landscape on earth, dan begitu saya browsing lebih lanjut foto-fotonya....ahh semakin pengen deh ke sana. Pamukkale merupakakan bahasa Turki yang kalau diterjemahkan secara harfiah menjadi Cotton Castle, karena memang bentuknya seperti gumpalan kapas.
Goreme (Kapadokya) - Pamukkale
Akhirnya saya dan Sukma memutuskan ke sana, rencana awal adalah kami akan ke Kapadokya dan Pamukkale, dan jalan tercepat adalah dengan naik pesawat, namun sayangnya tidak ada penerbangan langsung dari Kapadokya ke Pamukkale, tetap harus ke Istanbul dulu, jadi demi efisiensi (waktu dan biaya) akhirnya kami memutuskan untuk naik bus malam dari Kapadokya ke Pamukkale.
Sewaktu di Jakarta sebenarnya maksud hati saya ingin membooking bis dari Kapadokya ke Pamukkale supaya lebih yakin, karena kan kita sudah membeli tiket pesawat dari Pamukkale ke Istanbul, ga lucu aja kalau tiketnya hangus akibat kita tidak bisa ke Pamukkale (sudah begitu harus membeli tiket pesawat Kapadokya-Istanbul), saya sempat menanyakan hal ini di forum couchsurfing, ada beberapa nama bus yang direkomndasikan yaitu Metro atau Suha, ada websitenya juga tapi ternyata tidak bisa dibeli online, jadi ga perlu saya share juga lah ya di sini linknya karena membeli go-show dapat dilakukan dengan mudah di Goreme, Kamu akan dapat nemukan terminal bus-nya dengan mudah di pusat kota Goreme yang kecil ini. Jadwalnya sekitar jam 9 atau 10 malam sampai di Pamukkale sekitar jam 7 keesokan harinya. Harga tiketnya sekitar 50 TL one way.
Cotton Castle |
Arrive at Pamukkale
Sekitar jam 7 pagi bus berhenti di pinggir jalan, yang merpakan last stop untuk bus ini, kami pun ikut turun juga sambil berfikir ini kita ada di mana ya, ekspektasi saya akan turun di sebuah terminal begitu. Begitu sampai, ketika turun tiba-tiba sudah ada seorang bapak yang sudah lumayan berumur menjemput denngan minivan, agak aneh juga sih sebenarnya karena kita tidak meng-arrange untuk dijemput, tapi karena dia bilang gratis, kami pun naik (murahan banget...well, murahan boleh asal gak gampangan yaaa). Penumpang lain yaitu beberapa anak muda asia pun ikut naik minivan ini. Tidak lama kemudian, kami diturunkan di sebuah tour and travel, oh, jadi ternyata penjemputan ini bagian dari tour yaa.. tapi gak dipaksa juga sih harus ikut tour atau tidak, namun kami pun mendaftar juga one day tour dengan harga 60 TL termasuk makan siang dan akan diantar jemput dari hotel. Selain mendaftar tour kami juga membooking transportasi ke airport untuk esok harinya yaitu seharga 30 TL. Harga-harganya menurut saya cukup reasonable baik itu untuk tournya dan transportnya, karena jarak ke airport juga lumayan, sekitar 30 menit - 1 jam. Karena kami mendaftar tour untuk hari itu (mulai jam 9 atau 9.30 pagi), kami pun diantar ke hotel dulu untuk check-in, mandi, dan lainnya.
Akomodasi di Pamukkale
Kami menginap di Hotel Sunrise Aya yang saya pilih karena lokasi yang oke, review bagus, dan harga bersaing. Ketika sampai saya baru ngeh dengan ke-oke-an lokasinya, karena amat sangat dekat dengan travertine-nya (cotton castle), bahkan dari depan hotel saja kita dapat melihat hamparan travertine di depan sana, jadi sebenernya antar-jemput ke hotel untuk tournya agak tidak terlalu signifikan sih, tapi gapapa deh ya, karena ketika baru sampai we have no idea dimana hotel kita maupun travertine itu berada, dan tidak ada energi buat mencari-cari juga sih saat itu.
Pemilik hotel ini adalah pasangan suami istri muda (maksudnya mereka berdua muda, bukan istri muda), sang suami berkewarganegaraan Turki dan istrinya orang Jepang, mereka punya 1 anak yang baru 2 tahun yang lucu sekali karena kombinasi Turki dan Jepang itu. Mereka dengan baik hati memperbolehkan kita early check-in bahkan mengupgrade kamar kita dengan harga yang sama, katanya sih karena kebetulan lagi kosong. Ah, jadi sedih, saya baru sadar juga ternyata karena Pamukkale sangat kecil dan major attraction adalah travertine itu, maka kebanyakan orang ada yang hanya 1 day saja di sini bahkan tidak menginap, malamnya langsung naik bus malam ke kota lain, kalau begini kan bagaimana nasib hotel-hotel yang ada di sini coba??
Selain diperbolehkan early check-in, kami check-outnya agak terlambat (jam 1 siang) karena kami belum selesai mandi dan berberes karena baru kembali dari travertine, mereka tidak mengenakan biaya tambahan, hanya memberikan satu permintaan saja, yaitu memberikan review di website tempat kami membooking maupun tripadvisor, karena rating dan review ini penting sekali untuk kelangsngan bisnis mereka ini. Saya sih, tanpa diminta juga pasti akan saya berikan review yang bagus (karena memang begitu kenyataanna). Ini review saya di trip advisor (Review Sunrise Aya)
Tour diikuti oleh sekitar 15-20 orang dengan 1 orang pemandu berbahasa Inggris. Pertama-tama kami dibawa ke sebuah tempat namanya Red Spring, yang merupakan sumber mata air panas, bentuknya sih ala-ala cotton castle (tapi beda jauh sih), agak ga penting sih sebenernya hanya katanya kalau kita berendam-di sini bisa memberikan efek yang bagus untuk kulit, oke deeh. Tidak lama kami di situ kami pun menuju Hierapolis yang merupakan reruntuhan dari kerajaan Romawi abad ke 60 Masehi (kalau tidak salah, pokoknya kuno deh ya), sedikit mengingatkan saya dengan reruntuhan di Pompeii, tapi masih lebih spektakuler Pompeii sih.
Di sepanajang tour, si pemandu akan menjelaskan kita reruntuhan apa yang ada di situ beserta sejarah dan cerita di baliknya. Tour di mulai dari bagian luar kota yang kebanyakan terdiri dari perkuburan, si tour guide menjelaskan berbagai kuburan yang ada, dimana ada perbedaan juga tempat dan bentuk dari kuburan tergantung dari orangnya, oke deeehh.. Selanjutnya kamu akan masuk ke dalam kotanya melalui sebuah gerbang/gate kota. Di luar gate ini dulunya ada tempat pemandian, jadi sebelum masuk ke kota suci ini harus membersihkan diri dulu begitu. Memasuki gerbang kota kita akan melihat pilar-pilar di kanan dan kiri, di sini waktu yang diberikan untuk berfoto tidak terlalu banyak tapi kebetulan cuaca sedang sangat panas jadi mood foto-foto pun agak sedikit menguap terbawa panasnya hari itu. Saya surprised juga dengan betapa panasnya Pamukkale dibandingkan dengan 2 kota yang saya kunjungi yang bisa dibilang cukup sejuk. Di dalam kota ini ada beberapa bangunan seperti kuil, dan ruangan-ruangan lainnya.
one of the tomb |
gate to enter the city |
Add caption |
Hierapolis ini lokasinya ternyata berdekatan dengan travertine, jadi dari sini kita dapat memandang travertine yang ada di bawah kita, lalu tour guide menawarkan apakah kita mau men-skip amphitheater hierapolis untuk langsung ke kolam travertine karena sepertinya waktunya sudah cukup mepet karena pada kita harus sudah makan siang jam berapa gitu. Sempet KZL juga sih sama tour guide ini, yang bener aja deh, masa kita melewatkan amphitheater ini yang mana menurut saya meurupakan bagian paling menarik dari Hierapolis, kalau tidak percaya coba saja kamu google hierapolis pasti yang muncul gambar itu. Kok bisa-bisanya dia tidak memanage waktu dengan baik, kenapa juga daritadi lama banget menjelaskan tentang kuburan dan ini itu. Saya dan Sukma pun langsung vote untuk ke amphitheater dulu, yang diikuti oleh sebagian kecil dari rombongan kami. Akhirnya rombongan dibagi 2, tour guide akan mengantarkan kita ke teater itu dan sisanya bisa langsung menuju kolam travertine, dan tour guide menjelaskan jam berapa harus berkumpul di restoran untuk makan siangnya.
Karena waktunya terbatas (supaya kita masih ada waktu ke kolam travertine), maka kami pun harus berjalan cepat menuju amphitheater, sumpah pemirsa, ini amat challenging lho, bukan hanya panas menyengat namun jalan menuju ke sana itu mendaki. Hanya ada sekitar 5-6 orang yang ikut dan si pemandu berjalan sangat cepat sekali, memang sih dia mengambil rute jalan yang lebih cepat, tapi sebagai konsekuensinya jadi lebih menanjak. Ini udah semacam acara amazing race aja deh, sudah sangat gempor sambil tetap memberikan semangat kepada Sukma. Setelah sampai di atas, si guide pun tidak memberikan penjelasan apa-apa (give me back my 5TL!! - in harga untuk penjelasan tentang amphitheater), kami hanya diberikan waktu cepat sekali sekitar 5 menit saja (tapi tetap telat sih) dan itu pun hanya sempat foto-foto saja. Ini saya sediakan link dari wikipedia saja ya kalau mau tahu lebih banyak mengenai Hierapolis. Haha, gak mutu amat ini blog.
our way to the theater |
Theater Hierapolis |
Kami lalu berjalan turun dan menuju travertine-nya. Memang pemandangannya sangat spektakuler deh, surreal melihat kombinasi warna putih dan biru yang fantastis. Kalau dari jauh, warna putih ini seperti salju, tapi begitu dekat, sebenarnya bentuknya keras karena merupakan endapan kalsium karbonat, saya baru tahu juga ternyata kolam-kolam yang ada itu merupakan buatan (jadi airnya bukan dari alam gitu melainkan memang sengaja dialirkan), bagian alami dari travertine ini masih ada namun kita sudah tidak bisa lagi masuk ke situ untuk menjaga kelestariannya. Siang hari panas, dan penuh, kami tidak sempat menikmati berendam-berendam di kolam ini, jadi hanya foto-foto saja. Setelah itu kami pun turun untuk menuju tempat makan siang, sebelum berakhir kami diajak dulu ke 2 toko jikalau ingin membeli sesuatu, tokonya ini toko perabotan yang menjual seprai, handuk dan semacamnya, saya sukses tidak membeli apa-apa di toko ini. Kembali ke hotel sore hari, kami lalu beristirahat dan baru keluar malam harinya untuk mencari makan.
Rest of the day
Kami makan malam di sebuah restoran bernama Mustafa yang merupakan hotel juga. Restorannya lumayan sepi mungkin karena memang banyak orang yang tidak menginap di Pamukkale yah, duh jadi sedih lagi deh. Di restoran itu hanya ada kami dan 1 orang pengunjung lainnya sehingga kami mendapatkan privilege untuk mengobrol dengan bapak Mustafa si pemilik restoran hotel ini, kami juga berkenalan dengan Istri dan anaknya yang masih kecil, sementara anak-anaknya yang lain sudah menikah dan tinggal di kota/negara lain. Pak Mustafa ini muslim, namun ya begitu deh, namun cukup menyenangkan mengobrol dengan dia karena banyak cerita terutama cerita masa mudanya yang banyak dihiasi dengan traveling ke berbagai negara di dunia dan pengalaman khas anak muda lainnya, dia juga cukup mengikuti perkembangan dunia politik di Indonesia, dan cerita mengenai pengunjung restoran dan hotelnya sampai-sampai dia sudah hafal dengan kebiasaan orang-orang dari negara tertentu ketika makan. Tak lupa dia juga memberikan pesan-pesan dalam hal kehidupan dan asmara. Ah saya ingat, malam itu juga kebetulan ada insiden Sukma ketinggalan sepatu-nya di dalam mobil van yang tadi dipakai untuk tour, setelah bertanya-tanya (dan untung Pamukkale kota kecil), akhirnya kami dapat mengambil sepatunya di sebuah Hotel yg lain, yah lumayan lah tidak jadi hilang sepatunya, hehe.
Cotton Castle for the second time
Kami masih punya hampir 1 hari penuh keesokan harinya, jemputan ke bandara baru sekitar jam 5 sore. Akhirnya kita memutuskan untuk ke travertine sekali lagi hanya untuk menikmati dan berendam di kolamnya. Kami pun berangkat pagi hari supaya tidak terlalu panas dan belum ramai orang. Kami harus membeli lagi tiket masuk seharga 25TL, tiketnya single entry, jadi kalau sudah masuk tidak bisa keluar lagi, tapi cukup worth it karena bisa menikmati cotton castle di pagi hari yang syahdu. Kami cukup beruntung mempunyai waktu bersantai di sini, berendam dan berjemur, jangan salah, biar pun warga asia kalau liburan saya malah ingin terlihat lebih tanned, biar semua orang tahu kalau saya habis liburan, hahahaha, pamer banget ini. Memang benar prinsip orang Italia, dolce far niente itu sebuah moment yang sangat berharga.
rela bayar 25 TL supaya bisa pose begini dan sepi |
Denizli
Selesai mandi dan check-out dari hotel, kami masih ada waktu sampaijam 5 sore, lalu kami pun memutuskan untuk pergi ke pusat kota Denizli dengan naik angkot (dolmus) yang lewat setiap 30 menit sekali, untuk menunggu bus dimana pastinya bisa bertanya kepada orang sekitar, degan lama perjalanan kurang lebih 30 menit (3 TL). Kota Denizli ini mempunyai maskot ayam jago yang konon katanya bisa berkokok selama 1 menit lamanya. Sebenarnya tidak ada yang terlalu istimewa di Denizli in terms of tourist attractions, hanya ada sederetan toko-toko dan tempat makan, toko-tokonya juga bukan yang menjual suvenir melainkan menjual barang-barang untuk orang lokal saja. Nah, inilah yang saya suka karena para penjual pun biasa saja, tidak yang genggeus menawarkan ini dan itu, bahkan masih jarang orang yang bisa berbahasa Inggris. Kami menemukan kedai makanan yang penjualnya sama sekali tidak bisa bahasa Inggris, akhirnya untuk memesan makan siang, kami hanya menunjuk saja gambar yang ada di dinding restoran, sambil berharap-harap cemas hidangan apa yang akan di sajikan. Ternyata yang keluar adalah kofte, oh oke deh kalau begitu, rasanya pun enak juga dengan harga yang jauh lebih murah dari yang ada di pusat kota Istanbul. Tapi ya, walaupun tidak bisa bahasa Inggris tetep lho mereka ini usaha flirting (apa saya yang ge-er), andalannya pasti mengajak minum teh dan salah satu dari mereka menunjukkan halaman facebook di ponselnya, entah apa maksudnya ya, karena tidak mengerti juga apa yang mereka bicarakan ya sudah lah setelah makan kita langsung capcus. Kami sempat mampir ke beberapa toko dan sedikit berbelanja, enaknya juga penjualnya tidak bawel, tidak perlu menawar-nawar dan mereka tidak tourist-oriented.
Okay, sekian saja ya cerita dari Pamukkale, semoga bermanfaaat dan sampai jumpa lagi di cerita selanjutnya Kapadokya (estimasi Jan 2015). hahaha.
2 comments:
Haii,
Saya mieke, mau nanya , jadi dari goreme langsung aja ke terminal busnya?terminal bus apa aja ada bus malam ke pamukkale?
Thanks
Informasinya sangat membantu. Menambah semangat saya untuk segera ke Pumakkale.
Post a Comment