Sunday, December 3, 2017

The One where We Went to Japan

Konichiwa para pembaca sekalian!!
Yup betul sekali sesuai dengan kata sapaannya kali ini saya akan menceritakan tentang Jepang. As usual traveling ke Jepang ini sebenarnya sudah sejak tahun 2015, tapi saya baru sempat menuliskannya sekarang. Tapi jangan khawatir, as soon as saya kembali dari Jepang saya sudah menuliskan draftnya terlebih dahulu, jadi semoga masih berguna yaaa.

Jepang ini memang sudah menjadi travel bucket list saya sejak dulu karena memang semenjak dari kecil, kita sudah banyak disuguhi hiburan-hiburan dari negeri sakura, mulai dari film kartun (doraemon, sailor moon), drama Jepang (tokyo love story, ordinary people), komik (gals, hai miiko), yang mau tidak mau menyebabkan terbersitnya keinginan untuk mengunjungi tempat aslinya. Kali ini saya pergi bersama adik saya, Fika yang kebetulan punya sahabat baik yang tinggal di Jepang (namanya April) yang menikah dengan pria asal Jepang dan tinggal di sana. Mempunyai teman yang tinggal di Jepang akan memudahkan berbagai hal untuk kami di sana.



Fushimi Inari
Sudah bukan rahasia lagi bahwa orang bilang Jepang merupakan negara yang mahal untuk dikunjungi. Well, tergantung sebenarnya, tapi kalau mau dibandingkan dengan harga-harga di Indonesia atau di negara ASEAN, tentu saja biaya hidup di Jepang ini lumayan mahal. Tapi kami cukup beruntung bisa berhemat dari sisi akomodasi. So far selama 9 malam kita di sana, yang kita harus bayar untuk penginapan hanyalah 2 malam saja, yaitu 1 malam di Kyoto dan 1 malam di Sapporo, itupun menginapnya di Hostel (sudah umur segini tetap menginapnya di hostel yaaa). Tapi jangan salah harga hostel di sini juga lumayan mahal. Harga 1 malam per orangnya sekitar IDR 340 ribu, makanya kami sudah lumayan berhemat sekali hanya perlu membayar untuk menginap 2 malam saja. Sisanya adalah 3 malam di airport (2 kali direncanakan, 1 malam lagi karena terpaksa), 1 malam di bis malam dari Kyoto ke Tokyo, sisa 3 malam lagi menginap di apartment April di Tokyo.

Akomodasi sudah bisa dihemat, namun untuk transportasi ini agak susah untuk dihemat, dan menurut saya transportasi di Jepang itu termasuk mahal, terutama untuk transport di dalam kotanya. Total kami habiskan IDR 5.7 juta berdua untuk transport di dalam kota saja. Mahal sekali bukan pemirsa?
Nah kalau untuk antar kotanya malah lumayan. Jadi rute perjalanan kami adalah, kami tiba di Tokyo malam hari, langsung naik pesawat paginya ke Osaka, dari Osaka ke Kyoto dengan menggunakan Shinkansen (just for the sake of mencoba Shinkansen aja), lalu dari Kyoto ke Tokyo naik bus malam, dari Tokyo ke Sapporo dengan pesawat pulang pergi. Harga pesawat Tokyo-Sapporo pulang pergi sekitar IDR 1.2 juta per orang, pesawat Tokyo ke Osaka (one way) IDR 1.2 juta per orang, bus malam IDR 700 rb per orang, dan shinkansen IDR 200 rb per orang, well, kalau dihitung-hitung hanya lebih besar sedikit dari transportasi di dalam kota yah. Untuk transport dari Jakarta, seperti biasanya kami naik maskapai Air Asia untuk keberangkatan tanggal 19 Sep 2015, dimana tiket pesawat sudah kami beli sejak Dec 2014 (9 bulan sebelum keberangkatan) dengan harga sekitar IDR 3.5 juta per orang (include insurance, exclude bagasi dan meal), kami membeli bagasi ketika sudah mendekati waktu keberangkatan dengan harga sekitar IDR 1.2 juta untuk berdua. Jadi total pesawat sekitar 4.2 juta per orang which masih murah ya untuk ukuran pergi ke Jepang. Karena sudah membeli dari jauh hari kami hanya bisa berharap lancar segala sesuatunya terutama dalam hal meminta cuti pada boss masing-masing. Hehehe. Biaya lain yang kami keluarkan sebelum pergi diantaranya adalah untuk visa (IDR 330 ribu per orang) dan kami juga membeli tiket Disney Sea. Untuk Disney Sea ini kami mendapatkan harga promo dari temannya April, sehingga cukup membayar IDR 360 rb saja per orang yang mana sekitar setengah dari harga aslinya. Alhamdulillah.

Day 0 - Saturday, 19 Sep 2015

Kami berangkat hari sabtu pagi dari Jakarta, transit di KLIA 2 yang merupakan bandara khusus untuk Air Asia. Bandara KLIA 2 ini jauh lebih bagus dari pada bandara budget sebelumnya LCCT yang sangat tidak nyaman. KLIA 2 ini sudah semacam mall saja, luas, banyak pilihan belanja dan makan. Transit kami cukup lama sekitar 4-5 jam yang habiskan dengan makan dan berjalan-jalan di sekitar KLIA2 saja. Flight ke Tokyo menuju Haneda Airport yang merupakan bandara yang berada lumayan di tengah kota dibanding Narita. Lama penerbangan sekitar 8 jam dari KL. Sampai Haneda sekitar jam 10.30 malam, kami langsung mencari info tentang internet, wifi dan mencari peta, lalu dengan shuttle bus gratis kami pergi ke terminal domestic karena besok pagi akan terbang ke Osaka, namun ternyata terminal domestic tidak buka 24 jam sehingga kami harus kembali ke terminal international dimana kita menumpang sholat, membersihkan diri, meng-charge hape, dan tentunya tidur. Ini bukan pengalaman pertama saya menginap di airport dan bisa dibilang cukup nyaman karena kita bisa tidur di kursi dibandingkan sebelumnya saya tidur di lantai.

Oh iya saya lumayan amazed (norak) dengan toilet di Jepang yang punya banyak sekali tombol, hehehe. Jadi ya rada-rada gaptek sedikit dan bingung tombol mana yang harus saya pencet. Ada tombol rekaman suara flush, ini good idea banget sih untuk orang pemalu dan insecure seperti saya, di toilet biasa saya akan terus-terusan menekan flush beneran supaya tidak terdengar suara-suara ke luar, tombol flush biasanya tombol yang paling besar, bidet untuk depan dan belakang, dan ada pengering juga..luar biasa sekali bukan?

contoh tombol di toilet



Day 1 – Sunday, 20 Sep 2015

Pagi ini dimulai dengan morning flight (pukul 6.30) ke Osaka Itami airport dengan Japan Airlines (JAL). Ini merupakan airport kecil, bukan Kansai yang international airport, lama perjalanan ke Osaka ditempuh dalam 1 jam saja. Kami sampai tepat waktu, rute selanjutnya adalah dengan naik bus dari airport Itami ke Shin-Osaka station. Harga tiket bus 500 yen per orang dengan lama perjalanan sekitar 30 menit untuk sampai ke stasiun Shin Osaka. Sampai di stasiun Shin Osaka, kami selanjutnya menaruh koper kami di luggage storage karena hari itu kami akan berkeliling Osaka setengah hari lalu kembali ke stasiun untuk naik Shinkansen ke Kyoto. Kami membayar 700 yen untuk penyimpanan ini karena kami pilih yang paling besar (kami membawa 1 koper untuk berdua dengan ukuran agak besar). Oh iya untuk luggage storage ini kami memerlukan uang koin, dan karena pada saat itu tidak punya kami pun menukarkan uang di 7 eleven yang ada di dekat situ, lumayan sekali bisa menukar uang saja tanpa membeli apa-apa. Kami menghabiskan waktu agak lama di stasiun ini karena kami harus mencari tahu bagaimana cara pergi ke Osaka castle dan saat itu keadaannya tidak ada internet.

belum mandi tapi lipstik tetap harus

Kami akhirnya naik kereta JR ke Osaka Castle, di tengah-tengah perjalanan kami harus berganti kereta dan baru tahu karena dikasih tahu oleh sekelompok ibu-ibu tua yang menyuruh kita turun, baik sekali kan mereka somehow mereka memang tahu kalau kita itu turis dan memberi tahu jalan yang benar untuk ke tempat wisata. Kami turun di stasiun Osakajokoen dan dari situ kami harus berjalan kaki sekitar 20 menit untuk sampai ke Castle. Sebelum mencapai castle kamu juga bisa berfoto di gate dan di jembatannya yang cukup ok punya sebagai objek foto. Kami memutuskan tidak masuk ke dalam castle-nya karena keterbatasan waktu dan tentunya ada entrance fee juga, namun alasan kami lebih ke waktu. Cuaca hari itu amat sangat panas dimana kami akhirnya membeli soft ice cream matcha yang enak sekali dan matchanya berasa (beda dengan matcha ice cream di Indonesia), sebelum dimakan tentunya kami foto dulu ice cream tersebut dengan Osaka Castle sebagai background, biar lebih yahud. ini tantangan banget loh di cuaca panas seperti ini karena es cepat mencair, tapi demi foto yang bagus ya, hehehe.

Osaka Castle

Jembatan sebelum Osaka Castle

ini dia fotonya

Tujuan berikutnya yaitu ke Dotonburi, yang merupakan pusat keramaian di Osaka. Dari Osaka castle kami naik subway ke Namba untuk menuju kawasan Dotonburi. Begitu sampai, tujuan kami adalah mencari icon Glicoman, entah penting atau tidak ini, ketika berjalan kaki kami menemukan Yoshinoya, dan karena sudah lumayan lapar kami pun makan siang dahulu di sini. So far, makan di Yoshinoya ini lah yang paling murah dan worth it, harganya tidak jauh berbeda dengan harga di Indonesia, kami menghabiskan 760 yen untuk berdua (sekitar IDR 45rb per orang), jika dibandingkan dengan restoran-restoran di Jepang pada umumnya ini jauh lebih murah, harga seporsi makanan biasanya minimal 1000 yen belum termasuk minum. Selepas makan siang kami berjalan dan bertemu dengan pasar makanan yang heboh dimana banyak makanan-makanan dan jajanan khas Jepang di sepanjang jalan seperti takoyaki, okonomiyaki, crab, dan lainnya dan tentunya toko-toko di sepanjang jalan ini mempunyai desain yang heboh dan unik hiasannya, spot foto yang menarik juga nih. Di sini kami membeli crab bakar seharga 700 yen (mahal ciiyynn) dengan porsi yang sedikit, lapar mata karena tokonya unik dan ramai. Awalnya kami ingin membeli takoyaki di tempat takoyaki yang kelihatannya terkenal dan ramai pengunjung. Namun ternyata di toko ini mereka juga menjual takoyaki pork, yang mengurungkan niat kami untuk membeli. Sebenarnya kalau difikir-fikir, agak aneh juga sih mereka menjual takoyaki pork karena tako merupakan bahasa Jepangnya octopus, kalau di dalamnya pork berarti bukan takoyaki lagi namanya, mungkin lebih tepat menjadi butanikuyaki.
Setelah menelusuri dan mencari-cari dengan niat, akhirnya kami ketemu juga Glicoman yang bisa kita lihat dari sebuah jembatan, jadi untuk foto ya dilakukan di jembatan ini juga, karena kami melihat banyak orang yang berfoto di sini, setelah berfoto di depan glicoman, dengan gaya seperti glicoman tentunya kami pun kembali lagi ke stasiun Shin-Osaka untuk perjalanan selanjutnya.

Dotonburi

Pose Glicoman

Dotonburi

Pada saat itu sudah sore kami naik shinkansen dari Osaka ke Kyoto, lama perjalanan 10-15 menit saja, untuk jarak tempuh 56 kilometer, benar-benar kereta supercepat! Harga tiket 1400 yen per orang yang mana cukup worth it untuk jarak segitu dan pengalamannya. Saya jadi teringat pengalaman buruk di stasiun sebelum kami naik kereta dimana untuk naik ke platform Shinkansen tidak ada lift maupun escalator sehingga saya harus membawa koper seberat 21kg ke atas melalui tangga, beratnya luar biasa dan ingin menangis rasanya, namun di 1/3 perjalanan naik tangga, muncullah seorang bapak-bapak baik hati yang menolong membawakan koper kami sampai ke atas. Love you full banget pak! Kami membeli tiket yang murah saja dan tidak mendapatkan tempat duduk, namun pada kenyataannya kami dapat tempat duduk, jadi kami duduk saja karena kosong dan jika ada yang mengclain tempat duduk kami, kami akan pergi saja, tapi karena durasi perjalanan cepat so far kami bisa duduk dengan aman.

di dalam Shinkansen


Kami tiba di Kyoto station sekitar jam 4 sore, ini sudah molor dari itinerary awal kami, kami pun bergegas menuju penginapan kami yaitu Kyoto Hana Hostel. Jarak Kyoto station ke hostel kami sebenarnya bisa ditempuh kurang dari 10 menit berjalan kaki, namun jadi agak lama karena mencari exit yang benar supaya nanti lebih mudah jalannya, dan karena bawa koper lumayan besar akhirnya menghabiskan waktu 30 menit lebih untuk sampai ke hostel ini. Sampai di hostel kamipun mandi, sholat dan istirahat dahalu karena sudah lumayan lelah, seharusnya hari itu kami ada rencana ke salah satu temple tapi karena sudah capek akhirnya malam itu kita ke Gion saja dimana banyak restoran-restoran traditional Jepang dan harusnya bisa melihat penampakan Geisha, namun ternyata kami terlambat, kalau mau melihat Geisha harsunya sekitar jam 4-5 sore ketika mereka baru keluar. Untuk mencapai Gion kami naik bus no. 206 dengan harga 230 yen per orang untuk one way one trip. Di Kyoto kita bisa membeli bus daily pass seharga 500 yen, jadi kalau dalam sehari kamu paling tidak 3 kali naik bus, akan lebih hemat jika membeli daily pass ini. Setelah foto-foto di Gion, untuk makan malam kami membeli di supermarket, namun karena susah mencari yang halal karena tulisannya kanji semua akhirnya saya membeli sandwich telor dan Fika membeli salad saja, untungnya kami mempunyai persediaan sosis siap makan dan abon yang bisa dijadikan tambahan lauk. So far hostelnya oke, di sini kita bisa membuat minuman panas (teh, kopi) sepuasnya di pantrynya, kamarnya juga nyaman dan agak bernuansa tradisional. 

lumayan bawa beginian

Gion


Day 2 – Monday, 21 Sep 2015

Setelah menyusun strategi pada malamnya (karena kami hanya punya 1 hari saja di Kyoto), hari ini jadwal kami adalah mengunjungi 4 temple/shrine yang ada di Kyoto, ini pun sudah agak dikurangi dari rencana awal karena waktu yang terbatas. Empat temple tersebut adalah Arashiyama Bamboo Forest, Fushimi Inari, Kinkakuji dan Kiyomizudera, dan karena letaknya tersebar maka kami jadi agak bolak balik ke Kyoto Station lagi sih, tapi mau bagaimana lagi, 4 tempat ini memang must visit banget di Kyoto.

Tujuan pertama kami adalah Arashiyama, kami naik kereta JR sampai stasiun Saga-Arashiyama dari stasiun Kyoto (cukup sekali jalan tidak perlu berganti kereta). Lama perjalanan sekitar 15 menit. Sampai di sana kami harus berjalan 10-15 untuk samapi ke tempat wisata yang kami tuju yaitu hutan bambu. Di sini kami tinggal mengikuti arus orang saja yang mayoritas dari mereka pasti akan ke bamboo forest ini. Dengan penuh keniatan saya pun berganti baju kimono/yukata yang saya bawa dari Jakarta, baju ini merupakan oleh-oleh dari seorang teman. Sebenarnya kamu bisa sewa yukata juga di sini dan tentunya lebih bagus dengan tambahan aksesori tas dan sepatunya, untuk harganya saya kurang tahu karena tidak sewa dan sudah bawa yukata sendiri, memang jadinya kurang all-out sih penampilannya, tapi lumayan lah. Menurut saya paling worth it untuk sewa kimono adalah ketika kita di Kyoto dimana pemandangan dan objek wisatanya kebanyakan merupakan tempat kuno dimana akan matching sekali dengan kimono/yukata yang merupakan pakaian tradisional Jepang. Yang menarik dari Arashiyama bamboo forest ini tentunya pemandangan menakjubkan dan surreal dari pepohonan bambu yang super tinggi dimana ada jalan kecil dengan pemandangan pohon bambu yang tinggi menjulang di kanan dan kiri jalan. Idealnya sih kalau mau ke sini waktu keadaan sepi jadi suasana serenenya bisa terasa, ketika kami tiba di sana, tempat ini sudah lumayan ramai dengan pengunjung yang tentunya membuat sesi foto menjadi lebih challenging untuk mendapatkan foto dengan solo tanpa gangguan pengunjung lain. Di sekitar jalan menuju Arashiyama juga banyak jajanan yang tidak bisa kami lewatkan, akhirnya kesampaian juga makan takoyaki dan kami membeli juga kue dango yang biasa muncul di komik jepang, dan tidak ketinggalan: matcha ice cream (rasanya tetap enak seperti waktu di Osaka).

Arashiyama Bamboo

Arashiyama Bamboo

Takoyaki enak

Kami kembali ke Kyoto station untuk tujuan berikutnya yaitu Fushimi Inari yang letaknya lumayan dekat dari Kyoto Station. Kalau kamu wondering apakah Fushimi Inari, tempat ini cukup iconic dimana terdapat sebuah lorong dengan banyak tiang-tiang warna oranye di sepanjang lorong tersebut. Tempat ini juga muncul di film Memoirs of Geisha pada saat adengan si pemeran utama ketika masih kecil berlari-lari di dalam lorong ini untuk menuju kuil untuk berdoa. Kami sudah membeli bus pass seharga 500 yen, tapi ternyata karena lebih efisien naik kereta untuk ke sini, kami pun naik kereta JR sampai Inari station dengan waktu tempuh hanya 5 menit saja. Turun dari stasiun, kami lagi-lagi mengikuti keramaian orang-orang saja yang mostly akan menuju Fushimi Inari. Tempatnya sebenarnya cukup luas, namun karena waktu kami yang terbatas, fokus kami langsung kepada si lorong dengan gate oranye (yang selanjutnya disebut dengan istilah "torii"), tapi tentunya kami juga tergoda untuk berfoto-foto di sekitar kuil karena kuil ini cukup unik dengan warna oranye yang mendominasi. Seperti di kebanyakan kuil di Jepang, di sini kamu bisa membeli jimat-jimat untuk meminta sesuatu, yang selanjutanya jimat ini kamu gantungkan di sekitar situ, kalau untuk kami tempat ini jadi lumayan bagus untuk spot foto, hehehe. Kami menghabiskan sekitar 30 menit sebelum akhirnya sampai juga di bagian Torii. Sama seperti kejadian di Arashiyama Bamboo, di sini pun pengunjung cukup banyak, dan sebagai wisatawan jaman now, semua orang ingin sekali berfoto di sini. Kami harus sabar menunggu ketika arus manusia tidak teralalu padat supaya kami bisa mengambil foto yang bagus. Memang saya akui, karena terbatasnya waktu, main agenda kami di Kyoto ini jadinya adalah untuk berfoto dengan spot-spot wisata yang terkenal, memang shallow sekali kedengarannya, tapi bagaimanapun juga yang tersisa dari perjalanan ya foto-foto kan? Bukan untuk pamer tapi untuk dilihat-lihat sendiri juga memberikan kesenangan kok. Tapi kalau saya boleh memberikan saran untuk teman-teman yang berencana ke Kyoto, sebaiknya luangkan lah lebih dari 1 hari sehingga tidak terburu-buru ketika mengunjungi kuil-kuil yang ada di Kyoto dan bisa lebih meresapi tempat-tempat ini.

Mini Torii

Fushimi Inari

Selepas dari sini kami kembali ke Kyoto Station lagi untuk tujuan berikutnya yaitu Kinkakuji temple yang letaknya agak jauh dan bisa dicapai dengan naik bus nomor 101, dengan lama perjalanan cukup lama sekitar 40 -60 menit. Kami cukup beruntung mendapatkan tempat duduk jadi bisa beristirahat. Kinkakuji mungkin tidak se-iconic dua tempat sebelumnya, tapi bagus juga. Kinkakuji (Golden Pavilion) seperti namanya merupakan kuil dengan 2 lantai dengan warna emas, yang menarik bentuknya tradisional banget dan berada di tengah-tengah kolam yang menjadikan pemandangan syahdu yang sangat Jepang sekali. Mohon maaf sekali lagi karena tidak bisa memberikan informasi mengenai sejarah tempat ini ya pemirsa, hehehe. Sampai di sana ternyata pengunjung ramai sekali, setelah berfoto di depan templenya kami seharusnya mengikuti alur arus manusia yang sudah ditentukan untuk berkeliling temple ini, namun karena waktu kami terbatas dan masih ada 1 temple yang must see juga maka kami diam-diam menyelinap melawan arus manusia untuk dapat keluar, hehe, hina banget tapi apa boleh buat. Kami naik bus yang sama untuk kembali  dan kami harus menunggu agak lama dan karena perjalanannya pun lumayan lama dan sudah hampir jam 5 kami memutuskan ke hostel dulu karena memang sekalian lewat untuk sholat zuhur dijamak ashar dulu di hostel supaya hati pun lebih tenang.

Kinkakuji Temple

Kebetulan sekali tempat terakhir yang akan kami tuju yaitu temple Kiyomizudera bisa dicapai dengan bus dari hostel dan tidak terlalu jauh  yaitu sekitar10 menit, namun turun dari bus kami tetap harus berjalan kaki menanjak sekitar 15-20 menit untuk sampai ke sana karena temple ini letaknya di atas bukit dan setelah sampai di dalam pun kami harus jalan menanjak sedikit lagi untuk mendapatkan view yang terkenal, yaitu temple yang terbuat dari ornamen kayu dengan pemandangan pepohonan dan di sekitarnya. Tergantung musim, pemandangan dari sini bisa berbeda-beda, kalau musim semi, kita bisa melihat sakura, kalau musim gugur maka daun warna-warni yang terlihat, kalau musim dingin, pemandangan salju, unik sekali bukan? Kami sendiri ketika sampai sana matahari hampir sunset sehingga pemandangan agak gelap dan tidak seperti ekspektasi awal kami, namun kami tidak terlalu kecewa dan cukup puas untuk bisa mengunjungi tempat ini. Di sepanjang jalan pulang dari Kiyomizudera karena sudah sangat lelah seharian berkeliling kami langsung kembali saja ke hostel tanpa belanja apapun padahal di sepanjang jalan turunan dari Kiyomizudera banyak sekali toko-toko yang menjual berbagai suvenir dan jajanan, dan menurut saran teman saya harga barang di Kyoto relatif lebih murah daripada kota lain seperti Tokyo atau Osaka, namun karena baru beberapa hari di Jepang saya juga belum mempunyai mood untuk belanja (biasanya agenda belanja saya letakkan di akhir untuk mencocokan dengan ketersediaan dana dan space di koper, hehe).


jalanan menuju Kiyomizudera

Kiyomizudera

Kiyomizudera

Setelah makan malam kami kembali ke hostel untuk sholat dan membersihkan diri untuk selanjutnya menuju Kyoto station untuk naik bus malam (Willer Express) ke Tokyo. Bus kami berangkat hampir tengah malam dengan lama perjalanan sekitar 8 jam jadi pas untuk dihabiskan dengan tidur di bus. Bus stop ada di depan Kyoto station, caranya keluar dari west exit di depan hotel Ibis. Bus malam ini dengan jadwal jam 11.45pm sampai Tokyo sekitar jam 8 pagi dan tidak ada berhenti sedikitpun even untuk ke toilet, perasaan saya sih tidak berhenti sama sekali atau entah kami yang terlalu lelah ya. Busnya cukup nyaman dan lucu ada tudung penutup kepala supaya bisa tidur lebih nyaman dan tidak perlu penutup mata. Tiket bus malam ini sudah kami beli sebelum kami berangkat dan ada banyak pilihan jadwal dan jenis bus yang bisa kamu pilih.

Supaya lebih berfaedah, saya berikan juga harga tiket masuk ke temple-temple yang kami kunjungi di sini (walau sebenarnya bisa google juga untuk harga yang lebih update ;p). Kinkakuji: 400 yen, Kiyomizudera: 300 yen, untuk Fushimi Inari dan Kiyomizudera gratis.

Willer Express

Willer Express


Day 3 – Tuesday, 22 Sep 2015

Kami sampai di Tokyo pada pagi hari sekitar jam 8 di Shinjuku, kami lalu menumpang di salah satu toilet untuk berganti baju dan membersihkan diri, kami pun akhirnya bertemu dengan April dan Atsushi yang menjemput kami. Karena ada sesuatu peristiwa yang kurang mengenakkan kami pun baru jalan sekitar jam 9.30 pagi dengan mobil sewaan. Hari ini jadwal kami adalah untuk melihat Gunung Fuji di Kawagchiko Lake. Minggu ketika kami di sana sebenarnya adalah silver week di Jepang yang merupakan hari libur nasional selama 3 hari (senin, selasa dan rabu). Hal ini berdampak pada padatnya lalu lintas di Jepang untuk kami menuju ke Kawaguchiko lake. Kami baru tiba di sana sekitar jam 1.30 siang karena macet yang parah. Begitu sampai karena sudah jam makan siang kami makan siang dulu di restoran di dekat situ. Menu makanan kami tempura udon, udon so far lebih aman dibandingkan ramen yang biasanya mengandung pork. Harga makanan kami agak mahal (untuk standar kami) yaitu 2,190 yen untuk 2 orang. Kami baru tahu dari Atsushi kalau di Jepang untuk menunjukkan kalau makanan yang kita makan itu enak dan untuk menghargai yang membuat makanan, kita sebaiknya menyeruput mie yang kita makan dengan heboh dan bersuara, ini menandakan kita sangat menikmati makanan yang sedang disajikan.

Selesai makan kami lalu antri untuk naik kachi-kachi ropeway yang merupakan funicular untuk sampai ke atas dimana kita bisa melihat pemandangan gunung Fuji. Karena hari libur, tempat ini pun penuh dan kami harus antri sekitar 1 jam lamanya, harga tiket ropeway ini 720 yen pp. Sampai di atas seharusnya ada pemandangan gunung Fuji yang spektakuler, namun sayang kami kurang beruntung hari itu karena gunung Fujinya tertutup awan walaupun cuaca cerah pada hari itu, kami bisa melihat tapi hanya ujungnya saja dan itupun kecil sekali. Agak kecewa sih, tapi ya sudah lah ya. Selang beberapa bulan dari kepergian kami ke situ, salah seorang teman saya pergi ke tempat yang sama dan mendapatkan view gunung Fuji yang bagus sekali, jadi ya memang kami kurang beruntung saja.

Kachi kachi ropeway

can you spot the Fuji?

gak keliatan gunung fuji beli es krimnya aja

kachi kachi ropeway


Dalam perjalanan kembali ke Tokyo kami mampir dulu di kota Yokohama karena searah. Kami pun harus berhadapan lagi dengan macet, kami jalan dari sana jam 4.30 sampai di Yokohama jam 8.30 malam. Kami mendatangi Yokohama red brick warehouse yang dulunya merupakan kawasan pergudangan namun sekarang dengan masih mempertahankan bangunan lama dijadikan pertokoan dan pusat jajanan, kafe, resto. Cukup menarik, namun sayangnya sudah mulai tutup jam 9 malam. Tapi overall tempat ini cukup bagus untuk berfoto-foto juga. Kami pun berfoto di luar bangunan ini dan berjalan-jalan. Kami lalu pergi ke Cosmoworld yang merupakan sebuah theme park yang cukup terkenal di Yokohama, tidak ada biaya masuk untuk ke sini, namun untuk naik wahananya tentunya harus bayar. Kami pun makan malam di sini, melihat-lihat theme park, dan berfoto-foto. Kami lalu berjalan-jalan lagi di luar theme park sekitar 20 menit, cukup menarik pemandangan city scape malam hari kota Yokohama dengan view Yokohama bay dan gedung-gedung yang menarik. Untuk selanjutnya kembali melanjutkan perjalanan ke Tokyo menuju apartment April. Apartment mereka berada di Warabi yang berjarak sekitar 40 menit dari pusat kota Tokyo. Ini juga sudah lumayan banget, karena kalaupun mau mencari penginapan yang dekat pusat kota Tokyo sudah pasti harganya selangit. Apartment mereka ini bisa dibilang mungil tapi sangat hangat dan nyaman, 2 kamar (kami menempati kamar sendiri) dengan kamar mandi, ruang tengah, dan dapur. Menurut saya untuk ukuran Tokyo ini sih sudah sufficient banget.

Cosmoworld
Red Brick Warehouse
Cosmoworld

Day 4 – Wednesday, 23 Sep 2015

Hari ini saatnya mengeksplore Tokyo! Hari ini kami lagi-lagi ditemani oleh April. Kami sangat beruntung sekali mempunyai host sebaik mereka, mereka meminjamkan modem internet yang bisa kami pakai selama kami berada di Jepang, ini merpakan sesuatu yang sangat berharga sekali di jaman now dimana internet sudah menjadi kebutuhan primer ketika traveling, bukan hanya untuk mengupload foto secara real time, tujuan utamanya adalah untuk mencari informasi dan melihat peta. Jaman now internet sudah sangat canggih, beda dengan ketika saya keliling Eropa dulu. Sekarang kalau mau ke suatu tempat tinggal browsing saja maka google akan memberitahu kita bisa naik transportasi umum apa (misalnya JR atau Subway), dari stasiun mana turun di stasiun mana, line mana yang diambil dan nama-nama stasiun yang dilewatinya, mantap sekali bukan pemirsa?

Okay, cukup membahas soal internet, hari ini tujuan utama kami ke stasiun Shinjuku dulu untuk membeli JR Kanto East Pass untuk 3 hari seharga 8300 yen yang dirupiahkan menjadi 1 juta (mahal!!). Kami pilih pass ini karena kami akan ke Disney Sea dan Bandara Narita yang lumayan jauh dan tercover oleh Kanto Pass ini. Sekedar informasi, di Jepang ini ada beberapa tipe kereta cepat yang ada, ada JR dan Subway, yang mana keduanya merupakan 2 kereta yang berbeda. JR Kanto Pass ini hanya dapat digunakan untuk kereta tipe JR saja, kami tidak dapat menggunakan pass ini untuk naik tipe Subway. Nah, rempongnya adalah ketika tempat yang ingin kami kunjungi lebih dekat dengan stasiun Subway dan bukan JR, kami jadi merasa dilemma karena merasa ogah rugi untuk mengeluarkan uang membeli tiket Subway (secara sudah membeli JR pass yang mahalnya minta ampun itu), tapi di satu sisi gempor juga kalau harus berjalan lumayan jauh, not a problem kalau tidak punya budget constrain, hehe.

April mengajak kami ke Flying Tiger yang merupakan toko barang-barang lucu dan unik dengan harga yang terjangkau, Flying Tiger ini bukan merk Jepang ya, tapi frahchise dari Denmark. Namun menurut saya toko ini oke sekali untuk membeli oleh-oleh dibandingkan Don Quijote (ini juga toko untuk membeli oleh-oleh yang lumayan terkenal), namun ya paling tidak ada kata-kata made in Japannya sih, tapi yang penting kan belinya di Jepang. Beberapa barang yang saya beli untuk suvenir yaitu pulpen dengan hiasan boneka kokeshi dengan harga kurang dari 10 ribu rupiah. Setelah berbelanja sedikit, kami berjalan-jalan untuk melihat patung Godzilla yang ada di Shinjuku, mata kamu harus cukup jeli untuk dapat melihat kepala Godzilla menyembul dari balik gedung. Jadi patung ini sebanarnya ada di sebuah hotel di sini bernama Hotel Gracery, dimana kamu bisa menginap di kamar dengan pemandangan Godzilla di luar kamar atau bahkan dengan ada kaki Godzilla yang seolah-olah menembus ke dalam kamar, penting abis gak sih ini.... Kami sempat mampir di Don Quijote tapi di sini tidak membeli apa-apa.

can you spot the Godzilla?

Selanjutnya kami menuju Harajuku yaitu ke Takeshita street yang terkenal. Di sepanjang jalan ini terdapat berbagai pertokoan terutama toko fashion dan juga makanan dan jajanan. Di jalan sini kamu bisa melihat muda-mudi Jepang dengan dandanan yang unik dan menarik. Di sini kami membeli jajanan crepe di Marion (yang sepertinya terkenal) lalu kami pun mencoba purikura a.k.a fotobox. Purikura di sini kamu bisa edit-edit lagi fotonya sebelum dicetak dengan menambahkan efek-efek sticker, tulisan, dan juga efek pada muka sehingga lebih kawaii (mata lebih lebar, bibir lebih merah, pipi merona, dsb), kami juga membeli satu jajanan yaitu soes zaku-zaku yang kalau sekarang juga dijual di Papa Beard dengan nama produk kaze-kaze, kalau dulu sih belum ada ya, jadi pastrynya panjang dengan dilapisi kacang almond yang renyah di luar lalu di dalammnya di isi krim vanilla, enak dan mahal, hehehe.

Zaku zaku

Takeshita Street
Purikura

Agenda saya selanjutnya adalah janjian dengan salah satu teman baik saya sejak kuliah yang sekarang tinggal di Jepang bersama suami dan anaknya. Dia sudah tinggal di Jepang beberapa tahun dan baru kali ini saya berkesempatan mengunjungi dia. Tempat janjian kami tidak lain dan tidak bukan adalah .... patung Hachiko yang ada di Shibuya. Ini memang meeting point yang oke sekali sih karena lumayan gampang untuk dicari, kalau bingung bisa tanya orang dan orang pasti tahu, dan tempatnya tidak besar, jadi pasti gampang ketemunya. Setelah berfoto-foto di depan Hachiko, kamipun pergi ke sebuah kedai kopi untuk melepas rindu dengan mengobrol sampai sore hari. Karena hari sudah sore dan kami harus sholat sebelum maghrib tiba, kami pun harus menyudahi pertemuan ini. Rencana kami yaitu melakukan sholat di Masjid Turki Cami yang dapat ditempuh dengan berjalan kaki sekitar 30 menit, karena tidak ada JR station yang dekat, sebenarnya ada sih Subway station yang dekat, tapi kami ogah rugi dan memilih untuk berjalan kaki. Keputusan yang sedikit saya sesali karena ternyata lumayan capek juga dan kami harus mengejar waktu sebelum Maghrib sehingga harus ekstra effort jalannya yang membuat kami super duper kelelahan. Sampai di masjid kami langsung sholat Zuhur dijamak dengan Ashar, dan sambil istirahat menunggu waktunya sholat Maghrib. Masjid ini benar-benar bernuansa Turki dan para pengunjung juga kebanyakan dari ras Turki atau Arab, jarang ada muka asia timur.

Cikki and Me at Hachiko

Masjid Jami


Selesai sholat kami kembali ke Shibuya lagi untuk berfoto di Shibuya crossing (penyeberangan jalan multi arah dan selalu ramai), kami sempat masuk ke satu Starbucks di dekat situ untuk melihat pemandangan Shibuya crossing dari atas. Sebagai penggemar komik Gals! saya tentunya tidak akan melewatkan mengunjungi dan berfoto dengan gedung 109 yang selalu sering digunakan sebagai latar belakang di komik ini. Masih belum lelah kami lalu ke Akihabara dengan tujuan ke AKB 48 café, namun sayang sekali AKB cafe ini sudah tutup jam 9 malam, jadilah kami ke tempat yang dekat di situ yaitu Gundam Café. Di sini kami hanya memesan makanan ringan dan dessert saja, yang agak sedikit aneh untuk kami, karena kami berdua maka kami harus harus pesan 2 jenis makakan, tidak boleh memesan 1 makanan saja, ini pertama kalinya selama saya makan di kafe ada peraturan seperti ini. Tapi karena sudah sampai dan sudah mager ke tempat lain kami ikuti saja untuk memesan 2 jenis makakan.

Shibuya 109


Gundam Cafe

Gundam Cafe


Day 5 – Thursday, 24 Sep 2015

Masih di Tokyo. Hari ini bertepatan dengan hari Idul Adha, kami memang sengaja mencari tanggal yang ada hari liburnya supaya menghemat cuti, tanpa peduli libur apakah itu, dan ternyata hari lebaran haji dong. Karena ingin tetap merasakan suasana lebaran, kami memutuskan untuk sholat Ied di Sekolah Republik Indonesia Tokyo (SRIT) yang ada di Meguro. Kami naik JR train turun di stasiun Meguro lalu berjalan kaki sekitar 20 menit. Sebenarnya ada alternatif bus yang bisa digunakan, namun daripada sotoy dan nyasar kami memilih jalan kaki saja yang lebih controllable.  Sholat dimulai pukul 8 pagi dan selesai sekitar pukul 9. Kebanyakan pengunjung tentunya orang Indonesia yang tinggal di Jepang. Di luar bangunan ada sebuah lapangan dimana terdapat bazaar makanan dan jajanan Indonesia, wah senangnya bisa melepas kerinduan akan makanan Indonesia (lebay padahal baru 4 hari pergi), lebih tepatnya sih senang karena makananya pasti halal. Harga makanan rata-tata 500 yen per porsi dengan pilihan nasi kuning, lontong, siomay, nasi kambing, kebab, soto ayam, dan lainnya. Setelah menyempatkan makan kami pun menuju tujuan berikutnya yaitu ke Odaiba. Major attraction yang ingin saya datangi di Odaiba adalah..... patung Liberty! Yup in case kamu belum tahu, di Jepang ada juga patung liberty. Saya baru mengetahuinya beberapa tahun yang lalu dari sebuah film Hollywood. Tujuan utama adalah berfoto di patung liberty ala-ala dulu sebelum nantinya mengunjungi yang sesungguhnya di USA, hehehe. Ini sudah kejadian 2 kali dimana saya berfoto di tempat ala-ala, lalu beberapa bulan atau tahun kemudian berfoto di tempat aslinya, jadi jangan remehkan the power of dreaming! Untuk mencapai Odaiba kami harus naik kereta lagi dari Shimbashi station (Yurikamone line) yang akan melintasi kawasan Odaiba dan major attraction di sini. Kereta ini tidak tercover JR ya jadi harus bayar lagi 640 yen pp. Selain patung liberty beberapa hal menarik yang kami kunjungi di sini adalah pusat perbelanjaan bernama DiverCity Tokyo dimana ada patung Gundam raksasa.
Balai Indonesia


Gundam Raksasa

Odaiba


Tujuan berikutnya yaitu ke Ueno untuk makan siang di Kappa sushi yang merupakan rekomendasi dari April. Lokasi Kappa Sushi ini ada di seberang Uniqlo ueno yang besar (3 lantai), selanjutnya belok kiri lalu berjalan dikit masuk gang, letak Sushi ini di sebelah kanan tidak jauh dari gang masuk. Inilah tempat sushi yang otentik Jepang, sushi sederhana yang hanya nasi dan 1 daging di atasnya, tapi potongan isinya pun cukup besar, beda dengan sushi di sini, kami memilih berbagai jenis seafood, walaupun dagingnya mentah enak tapi rasanya sangat enak, yah namanya juga makan di negara asal sushi, kalau tidak enak malah aneh. Kami bertiga habis sekitar 2000 yen dan minum gratis, harganya cukup reasonable. Harga sushi sekitar 100-300 yen per porsi (isi 2), favorit saya tentunya salmon yang menurut saya paling enak. Selepas makan kami mampir ke Uniqlo sebentar, di sini kami menumpang sholat zuhur dan ashar kamar pas dengan modus pura-pura mencoba baju, hihihi. Tapi, in the end saya pun membeli sebuah jaket di sini, yang harganya relatif lebih murah jika dibandingkan dengan di Indonesia. Alhamdulillah kami masih bisa menjaga sholat wajib selam di sini, memang harus extra effort tapi it's not a choice untuk tidak sholat bukan?

Sushi

Sushi

Sushi
Kappa Sushi

Kam melanjutkan perjalanan dengan memasuki jalanan atau pasar Ameyayokoho dimana di sepanjang jalan ini terdapat toko-toko yang menjual oleh-oleh dan barang-barang kebutuhan, ada seafood, sayur mayur juga ada. Dari Ueno kami menuju Asakusa temple atau Senso-ji yang terkenal dengan lampion merah besar di gerbang masuknya, lampion merah ini dikenal juga dengan sebutan Kaminarimon. Jalan berjalan kaki sekitar 40-50 menit lagi-lagi karena tidak ada JR station yang dekat dengan Asakusa :( Kami berjalan diiringi oleh rintik gerimis yang terus menemani ketika kami sudah samapi di sana. Ternyata di sepanjang jalan sebelum masuk area kuil banyak terdapat toko-toko di sepanjang jalan yang harganya cukup reasonable sehingga kami pun membeli beberapa suvenir di sana. Setelah berfoto, kami lalu masuk  ke temple dan mencoba Omikuji. Omikuji ini adalah sarana untuk meramal. Saya melakukan ini purely karena iseng dan ingin mencoba saja karena sering melihat di komik-komik yang saya baca. Jadi kalau ramalannya bagus, kita bawa pulang kertasnya, kalau hasilnya tidak bagus, kertas ramalan kita gantungkan di pohon dengan tujuan supaya hal buruk itu tidak mengikuti kita, hehehehe, saya tidak percaya ini tapi just for fun saja. Di sini saya membayar 100 yen lalu mengambil stick bamboo yang ada nomornya selanjutnya mengambil kertas ramalan di laci sesuai nomor, Selepas dari sini kami berfoto sebentar dengan gedung yg ada “giant golden pup”, dan dilanjutkan dengan pulang ke Warabi. Malam ini kami mendapatkan rejeki lagi dengan ditraktir makan malan oleh April dan Atsushi di restoran yakiniku khas jepang, rasanya enak sih walaupun saya harus memakan lidah, usus, dan bagian-bagian lain yang tidak akan saya makan kalau di Indonesia, tapi dagingnya juga dipotong kecil dan tipis-tipis jadi tidak terlalu mengerikan untuk dikonsumsi. Yang paling enak yaitu wagyunyua…nyamm, perut kenyang, hati senang.

Senso-Ji

Kaminarimon

Omikuji

Hasil Ramalan Saya (haha)

Dinner


Day 6 – Friday, 25 Sep 2015

Tokyo Disney Sea!!
Antara Disneyland, Disneysea dan Universal Studio, kami menjatuhkan pilihan pada Disneysea dengan pertimbangan Disneyland terlalu untuk anak-anak sedangkan Universal Studio walaupun sangat menarik dengan wahana Harry Potternya, karena relatif masih baru dan silver week kami menduga akan super penuh dan kami takutnya tidak dapat menikmati selama di sana. Disneysea juga merupakan the only Disneysea in the world yang menjadikannya unik tak tergantikan (karena yang lain adanya Disneyland). Kami berangkat pada pukul 7.30 pagi dengan naik kereta sampai stasiun Maihama. Perjalanan lumayan jauh memakan waktu 1 jam lebih, kami berdua pun ketiduran dan kelewatan pemberhentian, namun untungnya bisa turun bisa  naik kereta yang sbealiknya untuk kembali ke Maitama Kami sudah membawa baju-baju dan perlengkapan untuk pergi ke Sapporo keesokan harinya dengan penerbangan pagi. Kami menitipkan barang bawaan kami di loker di Maihama dan membayar 400 yen untuk seharian. Dari Maihama station kami tinggal mengikuti petunjuk yang ada saja berjalan sedikit, untuk masuk ke Disney area kami harus naik kereta Disney seharga 260 yen one way atau 650 yen one day, dengan tiket one day kamu bisa berhenti naik turun dari berbagai pemberhentian, tapi karena tujuan kami hanya Disneysea, kami membeli tiket satuan saja. Walaupun Halloween masih lebih dari sebulan lagi, Disney sudah marak dengan tema Halloween, supaya lebih eksis kami pun sempat membeli aksesoris bando halloween di Flying Tiger (karena kalau belinya di Disney store pasti mahal ciyyn).

Saya sangat excited mengungjungi Disneysea karena ini pertama kalinya saya ke Disney, kalau adik saya dulu sudah pernah di Disneyland Hongkong. Seharian hujan turun rintik-rintik disertai angin kencang yang menjadikannnya lumayan dingin. Brrrrr. Untung saya membawa jaket baru yang beli di Uniqlo. Namun keuntungan dari hujan mungkin adalah pengunjung tidak terlalu ramai alhasil kita bisa naik banyak wahana dengan strategi mengambil fast pass. Untuk wahana-wahana yang ramai dan terkenal biasanya disediakan fast pass, jadi maksudnya di antrian itu ada 2 lajur, lajur biasa dan fast pass. Ketika kita mengambil fast pass nanti akan dapat tiket yang menunjukkan jam berapa bisa naik wahana tersebut, jadi nanti ketika sudah mendekati waktunya kita tinggal masuk ke lajur antrian fast pass dan tidak perlu mengantri panjang. Namun perlu diingat kalau fast pass berikutnya baru bisa diambil kalau waktu di tiket fast pass yang sudah diambil sebelumnya sudah lewat. Sebagai contoh saya ambil fast pass dapat giliran pukul 11.20 – 12.20, maka saya baru bisa mengambil fast pass lagi setelah lewat pukul 11.20. Cara ambil fast pass adalah cukup scan aja tiket disneynya jadi penting sekali menyimpan tiket masuk ini dan jangan sampai hilang. Fast Fast ini cukup membantu kami mengantri wahana yang ramai, so far kalau tidak salah kita pakai 2 fast fast, sisanya mengantri di lajur biasa. Beikut adalah wahana yang kami coba: 2000 leagues under the sea (lumayan lah), Sinbad (semacam istana boneka di Dufan), Rollercoster (tingkat kengerian medium lah, tidak terlalu seram) Journey to the center of the earth (lumayan seru), Tower of terror (ini seru dan menegangkan!), Indiana Jones (ini juga seru) , storm rider, Jin lamp teater (ini menonton saja dan full bahas Jepang sis), Ariel Theater (very mesmerizing dengan dekor alam bawah laut yang cantik). Kami juga sempat berfoto sama Ariel tapi sayangnya tidak sempat berfoto bersama Mickey ataupun Minnie, karena perlu effort sekali kalau mau berfoto bersama mereka, yah paling tidak ada deh ya satu foto dengan tokoh Disney, ini pun kami harus cukup mengantri lho.  Di malam hari kamu juga naik Electric Tailway dan menonton water show Fantasmic yang dimulai pukul 8 malam, dan pada pukul 8.30 ada pertunjukan fireworks yang cukup menarik.

Disney Train

Pake bando halloween biar gaya

Disneysea

with Ariel

Mermaid Lagoon

Disney Sea

Ohiya kami makan siang di salah satu food court di area Arabian yang bernama Casbah Food Court, tentunya ini satu-satunya pilihan untuk kami karena makanan yang disajikan di sini Insya Allah tidak mengandung babi dan alkohol. Kami memesan nasi curry yang rasanya biasa aja tapi karena lapar ya sudah lah, harganya 1700 yen untuk 2 orang, which is lumayan untuk ukuran Disney. Kami juga sekalian menumpang sholat zuhur dan ashar di tempat ini, kami tinggal mengambil air wudhu di toilet, lalu dengan memilih tempat duduk outdoor yang agak sepi kami bisa melakukan sholat secara bergantian di dekat tempat duduk kami. Di sini selain untuk mencoba naik wahanya, kami juga memanfaatkan untuk sesi berfoto karena banyak spot foto yang menarik sekali diantaranya yaitu ada satu bagian yang menyerupai kota Venezia di Italia. Puas bermain kami lalu mengunjungi Disney store untuk melihat-lihat dan membeli beberapa suvenir bila mampu. Kami membeli benda-benda kecil saja yang penting ada kenang-kenangan dari Disney, tapi kami cukup senang bisa melihat-lihat barang-barang yang dijual, bahkan bisa juga berfoto dengan aksesoris topi-topi yang lucu.

Sebelum pertunjukan fireworks berakhir kami bergegas untuk keluar dari Disneysea, karena menurut blog yang pernah saya baca, biasanya akan terjadi antrian yang panjang untuk keluar dan untuk membeli tiket kereta Disney untuk pulang karena tentunya most of the people akan keluar pada waktu yang sama yaitu setelah pertunjukan. Namun ternayata antrian panjang tidak terjadi malam itu, entah karena strategi early exit kita atau memang sedang tidak terlalu ramai saja ya. Kami kembali dari ke Maihama ke Narita airport untuk menginap di sana karena keesokan harinya (pukul 6.20 pagi) kami ada flight ke Sapporo. Sempat terjadi peristiwa tidak mengenakkan ketika kami ternyata salah turun (1 stasiun lebih cepat) dari Narita Airport. Kebetulan saat itu kereta sudah sepi sekali dan kami ketirudan (karena jarak yang lumayan jauh dan kelelahan dari bermain seharian). Ketika terbangun saya melihat pengumuman bahwa kereta akan berhenti di Narita Station, tanpa pikir panjang kami mendunga ini adalah perhentian terakhir, kami pun turun. Ketika kami keluar saya mulai merasa ada yang aneh, kami tidak menemukan dimana connection untuk ke airport, di negara secanggih ini saya expect pasti stasiun akan langsung connect dengan Airport kan, setelah bertanya pada petugas barulah kami sadar kalau kami kecepatan 1 stasiun dan sialnya kala itu sudah tengah malam dan kereta yang baru kami naiki tadi adalah kereta terakhir ke Narita Airprot, kami sempat galau apakah menginap saja di situ baru esok hari ke airport namun stasiunnya pun kecil dan tidak layak inap, selain itu di luar stasiun ada beberapa pria yang sedang mabuk, maka kami pun memutuskan untuk naik taksi saja ke airport, lama perjalanan mungkin hanya 10 menit dan kami menghabiskan sekitar IDR 400 ribu. Waks, another lessons learned hard way nich.

Bandara Narita cukup bagus dan layak untuk menginap karena tempat duduknya besar dan lebar seperti bed saja, jadi kami bisa tidur dengan nyaman, selain itu toilet pun sepi jadi kami bebas untuk melakukan apa saja, kami juga bisa sholat di kamar mandi khusus atau dressing room.

Day 7 – Saturday, 26 Sep 2015

Hayss.. saya sudah sangat lelah sekali pemirsa menuliskan blog ini... tapi mumpung masih mood mari kita lanjutkan, tapi harap maklum kalau jadi semakin singkat ya.. Kami ke Sapporo dengan Vanilla Air yang ada di terminal 3, dimana kami bisa berjalan kaki dari terminal 2 tempat kami menginap dengan jarak 600 meter atau maksimum 10 menit. berjalan. Penerbangan kami memakan waktu 1 jam 45 menit, kami tiba di Sapporo Chitose airport pukul 8 pagi. Dari airport kami naik kereta rapid ke Sapporo Station lalu dilanjutkan ke Susukino station untuk menuju penginapan kami yaitu Hostel Khaosan Sapporo. Saya sangat senang sekali karena kami berkesempatan mengunjungi pulau lain di Jepang yaitu Hokkaido, walaupun hanya 2 hari di kota Sapporo saja, namun dengan cuaca yang lebih dingin tentu akan menjadikan perjalanan ini lebih berwarna.

Di kota Sapporo pada waktu itu sedang ada autumn festival sehingga banyak terdapat bunga-bunga di Odori park, kami pun tak melewatkan kesempatan untuk berfoto ria di sini. Sebenarnya period kami pergi ini agak nanggung, padahal kalau kita menunggu 1 bulan saja, mungkin Sapporo sudah bersalju (waktu itu belum pernah melihat salju jadi pengen sekali). Selain bunga-bunag di taman yang warna warni, di sana sedang ada Oktoberfest juga yang mengcopy Oktoberfest di Munich, banyak juga terdapat festival makanan di sana. Dari hostel kami cukup berjalan kaki saja untuk mencapai Odori Park. Rencana awal kami itu ke Furano dimana ada taman bunga lavender yang luas namun akhirnya kami batalkan karena tidak ada kejelasan dari tour/bus dan juga waktunya yang tidak cukup maka kami putuskan untuk berkeliling kota Sapporo saja karena kotanya cukup menarik dan banyak attraction yang bisa dicapai dengan berjalan kaki.

Selepas Odori park kami mengunjungi Clock Tower dan Old Government Building, dimana kami berfoto ria di sana. Kami lalu makan siang yoshinoya yang ada di dekat Kyoto station. Sore harinya kami lanjut ke Otaru naik kereta dengan harga 640 yen one way dan jarak tempuh sekitar 1 jam. Otaru ini terkenal dengan Ice cream 6 layersnya dan tentu kamipun mencoba walaupun dingin tapi demi bisa difoto kan? Yang menjadi hilight dari kota ini juga musium music box/otaru orgel museum dimana di sini juga  merupakan toko yg menjual music box dengan berbagai bentuk yang unik dan lucu-lucu dengan harga yang lumayan mahal yaitu ribuan yen. Untuk kenang-kenagan saya membeli untuk diri sendiri yang paling simple saja dengan harga sekitar 800-900 yen. Kami cukup lama menghabiskan waktu di toko music box ini untuk mengagumi koleksi music box dan juga berfoto.
Selepas dari situ kami pun berjalan-jalan dan mampir ke kanal yang merupakah hilight dari kota ini juga, namun ternyata karena waktu sudah agak malam, di situ pun sudah sepi dan pas sekali hujan turun dengan derasnya, kami tidak lama menghabiskan waktu di kanal, dan on the way ke stasiun untuk pulang kami mampir ke KFC untuk dinner, yang recommended adalah menu onigirinya.

Music Box

Otaru Music box museum

Otaru Canal


Odori Park



Odori Park

Clock Tower

Goverment Building


Day 8 – Sunday, 27 Sep 2015

Hari kedua di Sapporo, rencana utama kami hari adalah mengunjungi Shiroi Koibito yang merupakan pabrik coklat dan biskuit yang ternyata super duper lucu dan kawaiiiii.  Kami naik kereta untuk menuju tempat ini dan baru jalan dari hostel sekitar pukul 9.30 pagi. Untuk tempat yang tiak terlalu besar kami cukup menghabiskan waktu yang lumayan lama juga di sana yaitu sekitar 4 jam. Hehhehe, karena tempatnya lucu sekali, baru masuk saja sudah ada pemandangan taman yang indah dan penuh bunga-bunga, ada rumah-rumah kecil, ada rumah kue, yang semuanya menarik untuk kami foto. Selepas dari luar kami pun masik ke dalam musium, pabrik dan terakhir tokonya. Agaknya pengalaman hari ini cukup saya berikan lewat foto-foto saja yaaa. Kamipun membeli beberapa snack untuk dimakan dan oleh-oleh di sini. Biaya masuk ke sini adalah 600 yen per orang. Kue yang terkenal di sini adalah biskuit 2 layer dengan ditengahnya diisi krim.


Shiroi Koibito

Shiroi Koibito

Shiroi Koibito

Shiroi Koibito

Shiroi Koibito

Shiroi Koibito

Shiroi Koibito



Puas berkeliling di Shiroi Koibito kami mencari ramen halal bernama Hoyru yang pernah saya baca di salah satu blog, agak sulit untuk dapat menemukan ramen ini sampai kami hampir menyerah. Dengan petunjuk dari seorang penjual ramen yang lain kami akhirnya menemukan tempat ini yang kami kenali dari foto yang kami lihat di internet. Di tempat ini dia juga menyediakan ramen yang tidak halal, namun mereka sudah memisahkan alat memasak dan juga alat makannya (ditandai dengan stiker hijau) jadi Insya Allah halal yaaa. Untuk rasa sebenarnya tidak terlalu istimewa sih tapi cukup senang bisa makan ramen halal di negara asalnya. Kami lalu kembali ke hostel dan di perjalanan pulang kami melewati Tanukikoji shopping arcade untuk membeli oleh-oleh, sampai di hotel kami pun mengambil barang bawaan kami untuk kembali ke airport chitose untuk penerbangan ke Tokyo pukul 20.40. Pesawat kami delay 40 menit shingga ketika kami sampai Narita kami sudah akan ketinnggalan kereta untuk ke Tokyo, jadinya kami pun harus menginap 1 malam lagi di Narita, sebenarnya kereta masih ada tapi karena kami harus ganti kereta di tengah jalan, dikhawatirkan kami tidak akan sempat naik kereta satunya (karena jam 12 sudah tutup) lalu dari pada nasib kami tidak jelas lebih baik menginap di bandara saja, toh bandaranya cukup nyaman, hanya saja jadi tidak bisa mandi.

Ramen Hoyru

Ramen Hoyru


Day 9 – Monday, 28 Sep 2015

Last day di Jepang karena hari ini juga kami harus naik pesawat untuk kembali ke tanah air. Kami menghabiskan waktu dengan santai saja dan tidak terlalu berambisi untuk kemana-mana. Kami berbelanja saja di dekat apartment April, ke supermarket, Daiso, dan ke Flying Tiger ada di Mall cocoon di daerah Saitama, biasa, last minute shopping dengan mempertimbangkan ketersediaan koper dan uang. Kami juga membeli takoyaki Gindaco yang cukup terkenal di jepang dan juga kue taiyaki. Kami makan malam di rumah April lalu April pun mengantar kami ke bandara Haneda untuk memastikan kami tidak menyasar. Di airport ini saya sempat ketemuan sama Donna teman sebangku saya waktu kelas 2 SMA yang sudah lama tinggal di Jepang. Kamipun sampai kembali ke Jakarta keesokan harinya pukul 11 siang.

Me and Donna

Fiuuuhhh..... akhirnya selesai juga postingan ke Jepang yang sudah tertunda selama 2 tahun lebih ini.
Again mungkin agak terlalu panjang ya, tapi bacanya bisa dicicil kok :D Semoga bermanfaat bagi teman-teman yang butuh referensi ke Jepang.

3 comments:

TIARA HIS KOLOGDAM said...

Hallo Para Calon Pengantin

Sudah berencana akan menikah dalam waktu dekat? Butuh referensi gedung pernikahan di Bandung? HIS Kologdam merupakan salah satu Venue yang tepat untuk para calon pengantin!
Grand Ballroom yang sudah Full Karpet, Fasilitas yang lengkap, serta menyediakan semua element-element wedding. Dan yang Top-top diBandung!

Untuk informasi lebih lengkap mengenai PROMO dan ingin mengetahui jadwal kosong pernikahan para calon pengantin.

Boleh chat ke nomor 0853-5282-8252 (Tiara)

TIARA HIS KOLOGDAM said...

Hallo Para Calon Pengantin

Sudah berencana akan menikah dalam waktu dekat? Butuh referensi gedung pernikahan di Bandung? HIS Kologdam merupakan salah satu Venue yang tepat untuk para calon pengantin!
Grand Ballroom yang sudah Full Karpet, Fasilitas yang lengkap, serta menyediakan semua element-element wedding. Dan yang Top-top diBandung!

Untuk informasi lebih lengkap mengenai PROMO dan ingin mengetahui jadwal kosong pernikahan para calon pengantin.

Boleh chat ke nomor 0853-5282-8252 (Tiara)

Rosianti Mustika said...

Hallo Kaka-kaka Calon Penganten,

Masih bingung cari gedung pernikahan? Ingin menikah di gedung full carpet dengan fasilitas eksklusif? HIS Kologdam Grand Ballroom Bandung menjawab keinginanmu dengan konsep One Stop Wedding Service dan pilihan vendor-vendor profesional yang akan membuat pernikahanmu semakin berkesan!! Serta kita ada BONUS loooh tanpa diundi!!

Ingin info lebih lanjut bisa langsung hubungi :
Rosianti,
WA ( 085624295686 )
IG ( rosi.hisbalaisartika )
E-mail ( rosi.hiscorp@gmail.com )