Monday, January 23, 2012

Learning History in Berlin


Ketika awal-awal merencanakan trip ini saya sempat berpikir untuk men-skip Jerman dari negara yang akan saya kunjungi, karena waktu itu saya berpikir tidak ada yang terlalu menarik dan khas di negara ini dan saya berpikir Jerman terkenal sebagai negara industri yang tidak menggoda sama sekali. Namun, hasil mengobrol dengan teman lama yang pernah beberapa kali ke Jerman, dia sangat merekomendasian Berlin. Ya, Berlin, ibu kota negara Jerman ini merupakan salah satu kota terpenting di Eropa, tentunya karena sejarah tembok berlin yang memisahkan negara-negara eropa barat dan eropa timur juga membagi 2 kota ini, bukan tanpa alasan mereka repor-repot membangun tembok di kota ini selama hampir 30 tahun lamanya menandai berlangsungnya perang dingin antara kedua kubu tersebut. Inilah juga yang membuat saya penasaran untuk mengunjungi Berlin yang kaya dengan sejarah ini.


Brandenburger Tor

Impressions

Berlin surprisingly menjadi salah satu kota favorit saya di Eropa, mungkin karena sebelumnya tidak berharap terlalu banyak. Berlin merupakan kota besar, public transportation mutlak diperlukan di sini dan untungnya mereka punya sarana yang sangat baik dan dapat diandalkan. Saya suka dengan betapa kaya akan sejarah masa lalunya kota ini, dimana mereka sempat mengalami masa-masa kelam, terjadilah revolusi yang meruntuhkan tembok berlin dan bagaimana mereka berkembang menjadi kota seperti sekarang. Di samping itu, tentunya kota ini kaya akan bangunan-bangunan kuno yang indah dan megah. Jerman juga punya banyak museum-museum yang luar biasa. Yang paling menarik, terutama untuk backpacker tight budget adalah, biaya hidup di sini lumayan murah (bahkan jika dibandingkan dengan Munich misalnya) dan tentunya banyak attraction yang gratis namun berkualitas. Cuaca di Berlin untungnya saat itu sedang sangat bersahabat, agak dingin tapi tidak sedingin Praha namun cerah berawan, pas sekali untuk berjalan-jalan.

How to get there and accommodation

Sekali lagi saya naik bus eurolines promo EUR 12 (termasuk booking fee) dari Praha. Lama perjalanan sekitar 4.5 jam, dan sampai di Berlin pukul 22.30. Kali ini saya tidak berharap akan ada kesulitan atau tantangan untuk menemukan hostel dengan membawa backpack yang berat karena saya sudah canggih lagi dengan mencatat detail petunjuk ke hostel saya pun sudah sempat mengirim email ke hostel untuk mendapatkan petunjuk lebih detail lagi dan saya juga sudah mengabari perkiraan kapan saya akan datang karena resepsionis tutup jam 12 malam. Dan tentunya tidak perlu ada masalah dengan mata uang karena Jerman menggunakan Euro. Bus saya tiba di Berlin cukup malam hampir jam 11 malam, dan ternyata Berlin memang kota yang sangat besar sehingga dari metro station dekat terminal bus sampai ke metro station dekat hostel memakan waktu sekitar 30 menit dan ada sekitar lebih dari 10 metro stop. Ada 2 jenis metro di Berlin, UBahn (underground) dan Sbahn (kereta biasa). Saya pun agak khawatir saya salah naik karena di dalam metro hanya ada petunjuk 3 next stop dan pemberhentian yang saya maksud tidak kunjung muncul di layar. Akhirnya metro station yang saya kehendaki ada juga dan saya pun turun di station Ostkreutz (baca: oskroit) dan mulai berjalan kaki. Ternyata hostel saya cukup jauh dari metro stop, sekitar 10 menit berjalan tanpa beban, dengan ransel bisa 15-20 menit lah, termasuk berhenti untuk beristirahat sejenak. Saya pun terlebih dahulu menelepon hostel karena khawatir akan sampai hostel lebih dari jam 12 malam, untungnya saya sudah punya nomer Belanda waktu itu.

Hostel saya Backpacker Berlin, yang baru saya booking ketika di Munich itu juga karena bisa gratisan pakai komputer di hostel untuk buka hostelbooker yang tanpa booking fee, padahal biasanya saya menggunakan hostelworld. Saya waktu itu benar-benar mencari yang harga murah dan rating yang lumayan, tapi lebih berat ke harga sih jadi gak terlalu melihat lokasinya yang ternyata harus 10 menit  berjalan kaki dengan cepat ke ubahn station terdekat Ostkreutz. Dari Ostkreutz ke pusat kota sekitar 30 menit. Saya memesan kamar dorm 6 bed namun ternyata saya dapat 4 bed dorm dan hanya saya penghuninya, uhuy, serasa berada di kamar privat deh. Hehehe. Namun ternyata pada malam ke-4 (malam terakhir) saya dipindahkan karena ternnyata mereka salah menempatkan saya tapi mereka sendiri baru sadar ketika kamar 4 bed dorm itu akan ditempati oleh satu keluarga. Ya bukan salah saya pastinya, mereka sendiri juga baru sadar, kalau dari sisi saya sih saya pikir saya ditempatin di situ karena kamar lain penuh. Ya tapi tidak masalah juga harus pindah cuma agak repot aja musti beres-beres dan pindahannya, udah naggung padahal tinggal 1 malam.

4-bed dorm room

Selain dari pada itu saya cukup puas dengan hostel ini, harganya relatif murah, sekitar EUR 11 per malam, staff hostel yang ramah dan baik, dan diberikan city map gratis, lalu ada wifi dan ada komputer yang bisa kita gunakan. Mereka juga mempunyai dapur yang cukup lengkap dan kita dapat mempergunakan supplies (kopi, teh, gula, dll) di sana sepuasnya. Mereka juga menyediakan sarapan gratis berupa sereal termasuk susunya. Lumayan banget padahal harganya sudah murah. Namun sedikitn concern adalah jaraknya yang agak jauh dengan main train station, namun untuk saya yang tidak punya concern waktu tentunya tidak menjadi masalah.

Thinsg to do and see

Day 1 (12 Oct 2011):

Di hari pertama ini saya berniat untuk ikut free tour, sebenarnya sudah kepingin coba sejak di Praha, namun gagal karena bangun kesiangan. Tapi kebiasaan bangun siang saya tidak mudah dihilangkan, hehehe. Tapi karena ada beberapa pilihan jam untuk free tour tiap harinya saya masih optimis. Saya berencana ikut yang jam 1 siang. Seperti yang saya ceritakan sebelumnya lokasi hostel saya agak jauh untuk menuju pusat kota dan untuk menuju Branderburger Tor harus ganti metro segala, atau kalau mau naik metro sekali harus jalan kaki lagi sekitar 10-15 menit. Pertama saya berjalan kaki dari hostel ke stasiun Ostkreutz, perjalanan yang seharusnya mudah itupun tetap saja saya salah jalan, well, mungkin karena semalam sudah gelap jadi kelihatannya agak berbeda gitu (alesan...) alhasil jadi lebih lama sampai ke stasiun metronya. Berdasarkan keterangan dari mbak hostel, saya harus turun di stasiun Friedricstr lalu ganti kereta line S2, sekali stop turun di Branderburger Tor. Namun ternyata saya pun kelewatan stasiun tersebut dan akhirnya saya turun saja di stasiun berikutnya yaitu stasiun kereta utama di Berlin (Hauptbahnhof) karena yakin dari situ pasti ada kereta lain. Sampai saat itu saya sudah tidak begitu yakin bisa ikut free tour tapi ya dicoba saja. Dari Hauptbahnhof saya bisa naik line U55 yang mungkin U-bahn dengan trayek terpendek hanya 3 stop (Haupthabnhof-Bundestag-Branderburger Tor). Mengikuti petunjuk yang ada di stasiun, akhirnya saya sampai di tempat menunggu U55, dan masih harus menunggu beberapa menit sampai keretanya datang dan saat itu sudah jam 1.24 pm yang mana sepertinya sudah tidak akan kekjar free tournya tapi saya tetap mau ke Branderburger Tor yang merukapan ikon kota Berlin itu. Ketika saya sudah duduk di dalam kereta masuklah dua orang (cowo dan cewe) yang saya duga adalah orang Indonesia, dari tampangnya tentunya. Eh, mereka pun duduk di sebelah saya dan langsung mengobrol dengan bahasa Indonesia. Begitu mereka selesai mengobrol, saya langsung saja bertanya sama mereka, "orang Indonesia ya?" dan ternyata benar adanya mereka orang Indonesia. Mereka berdua tinggal di Polandia dan sedang berwisata ke Berlin (hanya 2 hari). Mereka adalah Puguh dan Maya yang masing-masing bersekolah dan bekerja di Warsawa. Mereka lalu menawarkan saya untuk ikut jalan bareng, saya tentunya langsung mengiyakan (kalaupun gak ditawarin pasti saya yang akan menawarkan diri sendiri) karena anyway saya masih punya banyak waktu di Berlin, dari pada sendirian, enak juga ada temen, yah paling tidak bisa buat dimintain tolong memfoktokan, hehe, kalo sama orang Indonesia gak perlu jaim.

Dengan teman baru Maya dan Puguh
Kami lalu turun di stasiun Branderburger Tor, setelah foto-foto sebentar kami lalu berjalan kaki menyusuri Unter Den Linden sampai ke Alexanderplatz. Sebelumnya kami berhenti dulu di Lustgarten dekat Museum Island dimana terdapat gereja megah bergaya baroque dengan kubah warna hijau turquoise yang dikenal dengan sebutan Berlin Dom. Di sekitar situ cukup banyak museum-musem ternama di Berlin seperti Old National Gallery, Old museum, Pergamon museum, New museum, dll. Kami duduk-duduk sambil berfoto dulu di sana. Tempatnya benar-benar enak sekali untuk duduk-duduk santai, dengan hamparan rumput yang luas, pemandangan gedung kuno yang megah, pemandangan orang-orangnya dan cuaca yang sedang sangat bersahabat. Setelah berfoto kami melanjutkan berjalan kaki sampai Alexander Platz. Selanjutnya kami naik metro untuk mengunjungi sisa-sisa tembok berlin. Namun, sebelum itu kami mampir dulu di supermarket DM untuk membeli beberapa kebutuhan karena menurut Mayang DM ini harganya jauh lebih murah daripada supermarket manapun.

Berlin Dom
Alte National Gallery
TV Tower
Lustgarten at Museum island

Ada 2 tempat yang dapat dikunjungi jika kita tertarik dengan sejarah tembok berlin; yang pertama adalah pusat dokumentasi tembok berlin yang ada di Bernauer street (metro stop: S-Nordbahnhof atau U-BernaurStr). Tempat ini semacam museum terbuka tentang tembok berlin, sejarah asal-mulanya, cerita-cerita menarik, berbagai escape stories mulai dari yang sedih, mengharukan, bahkan lucu. Selain tulisan dan foto, kita juga bisa mendengar rekaman suara dari para warga yang menjadi saksi kisah di balik tembok berlin. Di sini sisa tembok berlin sudah hampir tidak terlihat, yang ada hanyalah tiang-tiang penyangga berwarna kecoklatan. Namun jika tertarik dengan sejarah, tempat ini patut untuk dikunjungi. Berikut foto-foto di pusat dokumentasi tembok Berlin di Bernauer Str.





Foto korban tembok berlin
Selanjutnya kami menuju East Side gallery yang merupakan sisa tembok berlin terpanjang yaitu 1.3 km, sebetulnya bagian menarik dari tempat ini adalah, selain sisa tembok berlin, tempat ini sekaligus menjadi galeri lukisan dan karya para artis dari seluruh dunia. Pada tahun 1990 atau setahun setelah tembok berlin diruntuhkan, rausan artis dari seluruh dunia berkontribusi untuk membuat lukisan di sisa tembok berlin dengan tema kebasan (freedom), sampai tahun ini sudah beberapa kali dilakukan remediasi terhadap lukisan-lukisan itu untuk menjaga keindahannya. Saya sendiri sebelumnya tidak mengetahui informasi di atas, yang saya tahu adalah sisa-sisa tembok berlin, maka kami pun tidak melihat sisi di mana lukisan-lukisan ini (sisi dekat jalan raya), kami malah ke sisi satunya lagi (sisi yang ada rumput) dan kami pun berfoto-foto di sana.

East side gallery from the other side
Sebelum menuju ke hostel mereka, kami mampir sebentar di toko suvenir di stasiun ostbahnhof, di sana saya menemukan pecahan-pecahan tembok berlin juga menjadi salah satu suvenir yang dijual, harganya bermacam-macam mulai dari EUR 6-15 tergantung ukurannya. Tadinya saya berfikir, bisa gak sih saya ambil saja sembarang pecahan tembok di jalan trus ngaku-ngaku sebagai pecahan tembok berlin? Huehehe. Namun ternyata, pecahan tembok berlin ini dilengkapi dengan sertifikat yang menjamin keaslian tembok berlin tersebut.

Suvenir pecahan tembok berlin
Dari situ saya pun ikut ke hostel mereka karena mereka belum pada mandi dari hari sebelumnya sebelum akhirnya malam kami keluar lagi. Malam itu kami lalui dengan berjalan kaki di pusat kota, termasuk ke check point Charlie yang terkenal (Charlie di sini maksudnya adalah untuk mengja huruf "C") dimana dahulu ketika perang dunia kedua Berlin dibagi menjadi 4 bagian yang dikuasai oleh masing-masing penguasa pada saat itu yaitu Amerika Serikat, Inggris, Prancis, dan Uni Soviet. Dimana antar zona terdapat masing-masing checkpoint, sehingga ketika berpergian melewati zona tersebut harus melapor terlebih dahulu. Sampai saat ini di tempat tersebut masih dibuat menyerupai keadaan jaman dulu, lengkap dengan tank, tulisan "anda telah memasuki / meninggalkan zona USA", serta para penjaga. Namun tentunya fungsinya sudah amat berbeda dengan fungsi awalnya, sekarang tempat ini menjadi atraksi bagi turis.

Checkpoint Charlie

Kami lalu berjalan ke Branderburg gate melewati Unter den Linden dengan pohon berwarna warni yang menghiasi (karena di bawah pohon diberi lampu sorot), malam itu kebetulan juga sedang bulan purnama sehingga banyak sekali fotografer dengan peralatan lengkap mereka sibuk hunting foto. Branderburg gate ini ketika malam hari juga disinari lampu yang ternyata berbeda-beda warna setiap malamnya. Malam ini warnanya merah, namun keesokan harinya menjadi hijau, biru, dsb. Kami pun mengakghiri hari dengan makan malam di Haupfbahnhof di sebuah restoran asia bernama Asia Gourmet, recommended, cukup mengobati kerinduan terhadap masakan tanah air dengan rasa yang lumayan enak dan harga yang relatif terjangkau.

Reichstag


Brandenburger Tor
Makanan di asian gourmet

Day 2 (13 Oct 2011):

Hari ini saya akhirnya berhasil megikuti free tour, yang jam 11 pula. Peminat tur ternyata cukup banyak sehingga dibagi beberapa grup tour dengan beberapa guide. Grup tur saya cukup besar terdiri dari 30 orang dengan guide seorang cewek asal Inggris bernama Amy yang sudah beberapa tahun tinggal di Berlin dan mengaku jatuh cinta dengan kota ini sehingga mendedikasikan dirinya menjadi tour guide untuk membagi pengetahuan tentang kota Berlin. Di dalam tur ini kita diajak mengunjungi tempat-tempat bersejarah di Berlin dan semua dicapai dengan berjalan kaki. Tur dimulai dari Brandernurger Tor, Holocaust memorial, Reichstag (gedung parlemen), Above Hitler’s bunker, Nazi book burning memorial, Checkpoint charlie, dan berakhir di taman Museum Island. Di setiap tempat itu kita diceritakan sejarah dan peristiwa penting yang terjadi di Berlin dari masa ke masa. Tour guide menceritakan dengan antusias dan gaya bercerita yang seru dan kadang lucu. Tour berlangsung selama 3.5 jam dengan istirahat 30 menit di sebuah kafe. Ketika istirahat ini saya sempat mengobrol dengan beberapa nenek-nenek asal Amerika Serikat (hrrr, maunya ngobrol sama cowo cakep eh malah diajak ngobrol ama nenek-nenek, huehehe) dan mereka cukup kaget karena bahasa Inggris saya yang bagus menurut mereka, padahal saya tidak pernah tinggal di luar negeri. Sebenarnya cukup sering ketika saya bertemu dan mengobrol dengan orang dari berbagai negara mereka tidak menyangka kalau orang Indonesia bisa berbahasa Inggris dengan baik, bukannya saya GR, menurut saya mereka saja yang kurang gaul, coba aja mereka ke Jakarta, semua orang juga bahasa Inggrisnya bagus kali ah, mungkin mereka pikir Indonesia adalah negara dunia ketiga yang terbelakang dan primitif, hih, siapa bilang?  Di kafe ini juga saya sempat mengobrol dengan seorang cowo asal Malaysia yang ikutan free tour juga tapi berbeda grup.


Holocaust memorial

Book burning memorial




Tour berakhir sekitar jam 3 sore di Museum Island dengan diakhiri cerita runtuhnya tembok berlin yang ternyata cukup unik bahkan sedikit lucu. Ketika itu salah seorang politisi yang bertugas mengumumkan bahwa border crossing akan mulai diperbolehkan (belum dimulai baru akan), namun dia tidak dilibatkan dalam diskusi sebelumnya dan ketika seorang wartawan bertanya kapan mulai efektif, dia pun berimprovisasi menjawab, "effective immediately". Warga yang saat itu sedang di tengah demonstrasi untuk meruntuhkan tembok Berlin pun langsung menganggap bahwa mulai saat itu mereka sudah bisa melewati tembok Berlin dan akhirnya pada tanggal 9 November 1989 itulah akhirnya tembok Berlin berhasil diruntuhkan.

Di akhir tur ini kita boleh dengan sukarela memberikan tip untuk si tour guide apabila kita merasa puas dengan jasa yang diberikan. Konsep free tour inilah yang menurut saya sebuah konsep yang bagus karena kita hanya perlu membayar sesuai dengan kemampuan kita dan sifatnya suka rela, kalau menurut kita turnya bagus dan kita puas kita bisa memberi tip, kalau menurut kita tidak worth it ya tidak usah membayar. Tour guide sendiri hanya mendapatkan pendapatan dari tip saja sehingga dia harus memastikan membawakan tur dengan baik karena kalau tidak dia tidak akan dapat tip dari peserta tur. Dengan ini akan terjadi win-win solution.

Selesai tur di Museum Island saya bertemu lagi dengan cowo Malaysia bernama Elroi lalu kami berencana mengunjungi museum yang ada di situ, yang paling terkenal adalah Museum Pergamon dimana terdapat Pergamon altar yang spektakuler. Berdasarkan info yang saya dapatkan di internet, kebanyakan museum di Berlin di museum island gratis setiap hari kamis sore, namun ternyata ketika saya mengecek ke petugas museum, info tersebut sudah tidak valid lagi dan intinya tidak ada lagi gratisan, kalau mau masuk harus membayar harga full. Saya yang tidak rela membayar akhirnya tidak jadi masuk ke situ sementara Elroi tetap masuk. Kami pun berpisah di situ, saya lalu kembali ke hostel untuk sholat, beristirahat sebentar sambil internetan. Di malam hari saya berjalan-jalan lagi untuk melihat kota Berlin di malam hari yang mempunyai penerangan cukup bagus. Apalagi di Dom Church yang malam itu begitu indah disirami cahaya warna-warni dari proyektor.




Berlin Dom at night

Day 3 (14 Oct 2011):

Hari ini agenda utama saya adalah ke east side gallery karena saya baru mengetahui tentang lukisan-lukisan yang ada di situ, kebetulan tempatnya agak dekat dengan hostel (turun di Ostbahnhof). Saya pun menyusuri sisa tembok berlin yang sudah dipenuhi dengan lukisan-lukisan bertemakan freedom tersebut. Banyak sekali lukisan yang unik dan menarik di sini, diantaranya yang paling terkenal adalah lukisan sebuah mobil yang menabrak menembus tembok dan lukisan adegan ciuman antara pemimpin Uni Soviet Brezhnev dengan pemimpin GDR Erich Honecker. Inilah beberapa lukisan yang ada











Di ujung tembok ini terdapat sebuah toko suvenir dimana kita dapat mencap paspor kita dengan cap "checkpoint charlie" yang terkenal itu dengan membayar EUR 1. Yah, memang agak lame sih, tapi saya pikir boleh juga nih, membelikan cinderamata untuk diri saya sendiri yang unik berbeda dari benda lain. Bapak penjaga tokonya juga baik dan ternyata punya istri orang Indonesia dan pernah beberapa kali ke Indonesia juga.


Untuk yang penasaran, berikut adalah gambaran kota Berlin ketika masih ada tembok Berlin, gambar ini saya dapatkan dari sebuah kartu pos yang dijual di toko suvenir tersebut, tentunya saya harus membeli karena tidak boleh mengambil foto saja.


Selesai dari east side gallery saya kembali ke hostel dahulu untuk sholat dan membeli makan siang, agenda selanjutnya adalah ke Postdam, sebuah kota kecil dekat Berlin yang arsitekturnya mirip dengan arsitektur Belanda. Untuk ke sini saya naik S-bahn S7 jurusan Postdam Hbf dan turun di situ. Lama perjalanan sekitar 1 jam lebih. Sebenarnya ada alternatif lain yang lebih cepat sekitar 40 menit yaitu dengan naik kereta lokal. Objek wisata paling terkenal di Postdam adalah kompleks Istana Sanssouci dengan kebunnya yang luas. Saya pun berjalan-jalan di komples Sanssouci ini dan mengunjungi beberapa palace yang ada. Namun saya tidak masuk karena selain sudah agak sore tentunya karena harus membayar. Hehe. Namun karena tempatnya yang luas saya pun sedikit mengalami kesulitan untuk mecari istana-istananya. Saya pun sempat bertemu seorang turis jepang yang kebingungan dan bertanya arah kepada saya. Saat itu ketika saya ingin kembali ke tempat awal saya masuk saya yang tidak tahu jalan pun membuntuti 2 orang di depan saya, dan di tengah hutan itupun saya secara tidak sengaja bertemu lagi dengan Elroi, si cowo Malaysia yang saya temui kemarin. Benar-benar kebetulan sekali deh, saya pun akhirnya mengiyakan ajakan dia untuk jalan bareng karena daripada menyasar sendiri, lebih baik nyasar berdua, kan?

Inilah beberapa foto di Sanssouci dan Postdam:

Sanssouci




Postdam
Postdam
Keluar dari Sanssouci kami lalu berjalan-jalan sebentar di kota Postdam yang beneran deh mirip banget sama Belanda. Kami lalu kembali ke Berlin dengan kereta lokal. Sampai di Berlin setelah berjalan-jalan sebentar dan makan malam kami pun berpisah.

Saya dan Elroi

Ada satu hal menarik yang saya perhatikan di Berlin dan saya jamin tidak ada di kota manapun di Eropa, di beberpa bagian kota Berlin kita dapat menemukan traffic light untuk pejalan kaki ketika menyeberang dengan bentuk yang berbeda, bukan gambar orang biasa, namun sebuah tokoh pria memakai topi. Tokoh ini bernama Ampelmannchen yang diciptakan tahun 1961 ketika GDR (German Democratic Republic) atau Jerman Timur masih berkuasa. Idenya adalah untuk memberikan tanda penyeberangan yang lebih jelas dibandingkan dengan lambang yang sudah ada. Setelah persatuan negara Jerman, tanda penyeberangan ini masih digunakan sampai saat ini. Jika kita melihat tanda seperti ini, itu berarti kita sedang berada di Jerman Timur (dulunya).

Ampelmannchen

Budget and other tips

* Single journey ticket transport (berlaku untuk semua mode transportasi) EUR 2.3, karena Berlin luas sebaiknya membeli daily ticket EUR 6.3 (zona AB). Untuk ke Postdam harus punya tiket zona ABC, daily ticket EUR 6.8.
* Begitu banyak free things di Berlin dan kebanyakan bukan hal yang ecek-ecek tapi memang berkualitas seperti:
(1) Reichstag atau gedung parlemen dengan atap berbentuk dom yang transparan. Untuk bisa masuk karena alasan keamanan sekarang harus mendaftar online paling cepat 4 hari sebelumnya, untuk daftar online dan info lebih lanjut ada di http://www.bundestag.de
(2) Berjalan kaki menyusuru sisa tembok Berlin di East side gallery sepanjang 1.3 km yang dipenuhi dengan lukisan bertemakan freedom, sosial, world peace karya seniman-seniman terkenal di seluruh dunia. Untuk menuju ke sini turun di metro (U/S) Ostbahnhof, pilih keluar ke Mühlenstraße tidak jauh dari situ akan kelihatan.
(3) Information center di bawah Holocaust memorial yang merupakan memorial untuk kaum Yahudi. Memorial ini didesain oleh Peter Eisenman yang tidak pernah memberitahukan apa makna sesungguhnya dari karnyanya tersebut. Caranya, berjalan melewati Brandenburg Gate dari Unter den Leiden, lalu belok ke kiri, tidak jauh dari situ akan terlihat area luas yang ditutupi dengan balok-balok berwarna abu-abu tua dengan panjang dan lebar yang sama namun tinggi yang berbeda-beda.
(4) Ikut Free walking tour dari sandemans new berlin (http://www.newberlintours.com) setiap jam 9 and 11 am dan 1 pm dan 4 pm, meeting point di depan Starbucks dekan Branderburg Gate. Cari orang-orang dengan seragam berwarna merah. Jika punya beberapa hari di Berlin, sebaiknya ikut tur ini dahulu supaya bisa tahu lebih banyak dan medapatkan rekomendasi dari tour guide tempat-tempat yang bagus, info dari mereka cukup bisa diandalkan. 
(5) Documentation centre of Berlin Wall di Bernhauer Street, kita bisa melihat dan mendengar cerita-cerita menyelamatkan diri, kabur, dan segala sesuatu yang berhubungan dengan tembok Berlin. Cara ke sini turun di metro stop Nordbahnhof (S-bahn) or Bernaur Str (U-bahn) lalu ikuti petunjuk jalan.
* Naik bus nomer 100 atau 200 yang akan melewati semua main attraction. Bus no. 100 dari Alexander Platz sampai Zoo station melewati Reichstag dan gedung-gedung lainnya, sedangkan bus no. 200 melewati Postdamer Platz.
* Belanja supplies (sabun, shampoo, pasta gigi, dll) di DM supermarket, somehow jauh lebih murah dari yang lainnya, bahkan daripada di Munich. Saya sampai menyetok untuk sisa perjalanan saya.

Actual Expense

1. Hostel Backpacker Berlin (4 malam): EUR 46
2. Intercity transport: EUR 22.8
3. Meal: EUR 28.14
4. Sightseeing (tips untuk free tour): EUR 5
5. Supplies (sabun, pasta gigi, pelembab): EUR 10.6
6. Miscellaneous: EUR 1.17
TOTAL: EUR 113.71

Dan itulah Berlin, saya sendiri merasa masih kurang waktu saya di Berlin dan ada beberapa tempat gratisan yang belum saya kunjungi, salah satunya Reichstag karena saya baru tahu dari tour guide kalau untuk masuk harus daftar online minimal 4 hari sebelumnya. So, far kotanya cukup menyenangkan dan yang paling saya suka adalah kota ini begitu maju dan berkembang bahkan dengan sejarah yang kelam seperti tembok berlin dan lainnya. Sungguh megagumkan.


                                                            

1 comment:

rotyyu said...

Kalau dengar Jerman, saya ingatnya band Scorpions yg legendaris itu, Hitler dan Nazi, tembok Berlin, BMW, dan FC Hollywood atau Bayern Munich penguasa liga Jerman. Dan satu lagi, OpenSuSE.